kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentimen positif menyelimuti emiten poultry, simak saham yang layak dikoleksi


Jumat, 31 Januari 2020 / 21:26 WIB
Sentimen positif menyelimuti emiten poultry, simak saham yang layak dikoleksi
ILUSTRASI. Peternak memberi pakan di salah satu peternakan ayam pedaging (Broiler) di Blitar, jawa Timur, Jumat (8/3/2019).


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan rupiah membawa berkah bagi emiten poultry atau peternakan unggas. Pasalnya, sebagian bahan baku emiten ini berasal dari impor.

Direktur Utama PT Sierad Produce Tbk (SIPD), Tommy Wattemena mengatakan, penguatan nilai tukar rupiah dalam jangka lama bakal menguntungkan perusahaan.  Meski demikian, penguatan rupiah dalam beberapa waktu terakhir ini belum terlalu berdampak positif terhadap perusahaan.

“Ini masih awal, apa bisa bertahan terus (menguat) belum tahu. Soalnya jatuhnya nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) masih dibarengi kenaikan harga jagung. Komponen pakan jagung sendiri sebesar 60%,” katanya pada Kontan, Jumat (31/1).

Baca Juga: Malindo Feedmill (MAIN) bidik pertumbuhan laba 15% tahun 2020

Dengan menguatnya nilai tukar rupiah, hal ini akan berdampak pada harga baku impor yang dibeli menjadi lebih murah. Sekarang ini, SIPD mengimpor bahan baku berupa soybean meal (SBM) sebesar 25%-30%, kemudian impor kedelai 30%, dan impor jagung sebanyak 60%. 

Sierad Produce membidik pendapatan bisa tumbuh hingga 15% pada tahun 2020. Perusahaan berharap kinerja keuangan bisa tumbuh karena berkaca dari kinerja dari tahun 2019 yang positif.

Memang, kinerja pada tahun lalu sempat tertekan lantaran harga ayam yang jatuh serta adanya kelebihan pasokan di pasar. Akan tetapi, apabila melihat laporan keuangan per September 2019, perusahaan bisa mencatatkan kinerja yang positif.

Baca Juga: Efek Culling; Sektor Poultry Bullish, Japfa (JPFA) Paling diuntungkan?

Analis OSO Sekuritas Soekarno Alatas menilai, prospek emiten poultry masih ada peluang untuk kembali membaik. Pertama, penguatan nilai tukar rupiah saat ini menjadi katalis positif bagi emiten ternak.

Selanjutnya, ia berharap Pemerintah mampu menjaga stabilitas harga broiler dan anak ayam usia sehari (DOC), hal ini bisa menjadi sentimen positif untuk perusahaan poultry.

Kemudian, katalis positif selanjutnya yaitu rencana Kementan mendorong integrator untuk mengoptimalkan pemotongan di rumah potong hewan unggas (RPHU) dengan menambah waktu operasional pemotongan menjadi 15 jam per hari. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas harga DOC.

“Sebaliknya, yang menjadi sentimen negatif jika rupiah melemah dan harga bahan bakunya terjadi peningkatan sehingga bisa terjadi peningkatan cost of revenue,” jelasnya, Jumat (31/1).

Baca Juga: Meneropong prospek emiten poultry CPIN, JPFA dan MAIN di tahun 2020

Ia melihat, ada beberapa emiten poultry yang menarik untuk dilirik, seperti Malindo Feedmill (MAIN) dan Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA). Ia berpendapat, MAIN dan JPFA menarik karena secara valuasi keduanya tengah menurun. 

Meski begitu, ia belum bisa merekomendasikan investor untuk beli dalam jangka menengah ataupun jangka panjang saham-saham tersebut. “Karena kondisi tren harga saat ini dalam tren penurunan. Masih ada peluang turun lagi dan bisa dapat harga lebih diskon lagi,” tambahnya.

Makanya, dia menyarankan investor untuk trading jangka pendek saham MAIN. Ia bilang, jika harga menguat dan menguji level 920, maka investor bisa trading buy dengan target terdekat 970.

Baca Juga: Saham Blue Chip Sektor Tambang dan Konsumsi Masih Menarik Untuk dilirik

Sebaliknya, jika tidak mampu menguji dan malah breakdown support 860, ada kemungkinan harga turun lebih dalam lagi ke level support selanjutnya di level 620. Pada penutupan perdagangan Jumat (31/1), saham MAIN dibanderol di harga 895. Dari awal tahun, saham MAIN sudah melemah 10,95%.

Lalu untuk saham JPFA, ia memperkirakan ada potensi menguat dan menguji level 1525. Sehingga, pelaku pasar bisa trading buy dengan target terdekat 1590. Namun, jika tidak mampu menguji dan menembus support 1465, ada kemungkinan harga turun ke 1415.

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/1), saham JPFA berhasil menguat 0,67% ke level 1500, sementara secara year to date terkoreksi 2,28%.

Baca Juga: Tengok daftar baru penghuni indeks IDX30 periode Februari-Juli 2020

Sedangkan untuk saham SIPD, Sukarno merekomendasikan investor untuk wait and see lebih dulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×