Reporter: Willem Kurniawan | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi rumah tangga di kuartal III-2018 mengalami perlambatan dibanding kuartal sebelumnya. Periode Juli-September 2018 konsumsi rumah tangga tumbuh 5,01%, lebih rendah ketimbang periode April-Juni yang tumbuh 5,14%.
Kondisi ini turut berimbas terhadap pelaku industri restoran. PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) misalnya, di kuartal III-2018 mencatatkan kenaikan pendapatan 13,94%, namun kenaikan pendapatan ini tidak mendongkrak kinerja laba bersih yang malah turun 7,47%.
Namun, PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB) dan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) mampu mencatatkan kinerja positif dengan pertumbuhan pendapatan dan laba pada kuartal III-2018. Sementara, PT Jaya Bersama Indo Tbk (DUCK) yang baru saja mencatatakan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) beberapa bulan lalu belum merilis kinerja keuangan kuartal III-2018.
Mino, Analis Indo Premier Sekuritas mengatakan, secara umum dari dua emiten (FAST dan MAPB) yang membukukan kinerja sesuai dengan ekspektasi adalah MAPB. Adanya kenaikan beban pajak membuat laba FAST justru mengalami penurunan laba bersih di kuartal III-2018, meskipun pendapatan tumbuh 13.9%. “Sampai akhir tahun, diprediksi prospek kinerja masih akan bagus seiring dengan adaya momen natal dan tahun baru,” kata Mino, Kamis (15/11).
Naiknya daya beli masyarakat seiring pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang terjaga, perubahan gaya hidup terkait konsumsi dari dari membeli barang menjadi membeli pengalaman (makan di restoran), dapat menjadi sentiment pendorong kinerja emiten makanan dan minuman. Akan tetapi, persaingan yang cukup ketat di sektor ini dan biaya sewa tempat yang cukup tinggi mampu menjadi penghambat.
Mino bilang, secara kinerja sektor food and beverages cukup bagus, tapi memang dari segi likuiditas sahamnya agak kurang likuid. Sehingga lebih baik, jika ingin masuk untuk berinvetasi di sektor ini sebaiknya sebagai sarana investasi jangka panjang.
MAPB dan DUCK dinilai sebagai saham yang menarik untuk sektor food and beverages. Alasannya karena kinerja keuangan MAPB yang masih solid dan berprospek cerah ke depannya. Sedangkan DUCK selain memiliki prospek bisnis yang baik, saat ini sahamnya paling likuid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News