kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45907,02   3,68   0.41%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis rekomendasikan hold saham bank pelat merah, buy untuk BBCA


Kamis, 03 Oktober 2019 / 05:10 WIB
Analis rekomendasikan hold saham bank pelat merah, buy untuk BBCA
ILUSTRASI. Aktivitas perdagangan pasar modal


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Adapun perlambatan pertumbuhan kredit merupakan isu secara industri bukan sektor. Seperti diketahui, kredit perbankan per Agustus hanya tumbuh 8,4% year on year (yoy) melambat dari pertumbuhan bulan-bulan sebelumnya.

Suria memandang harusnya pertumbuhan kredit Bank BUMN masih tetap bertahan. Bank-bank ini masih diuntungkan dari proyek-proyek infrastruktur yang jarang didanai oleh bank kecil. "Itu tercermin dari kredit bank pelat merah di paruh pertama tahun ini yang kebanyakan masih disalurkan ke sektor konstruksi, listrik dan tambang," katanya.

Jika Suria menilai penurunan bukan karena kedua faktor itu maka kemungkinan ada isu lain yang bikin saham-saham bank BUMN ini rontok. Perlu diketahui, Kementerian BUMN beberapa waktu mendorong semua bank-bank pelat merah turut bergotong royong membantu menyelesaikan permasalahan Jiwasraya.

Baru-baru ini sudah diumumkan bahwa BTN bersama dengan KAI, Telkomsel dan Pegadaian akan masuk jadi investor perusahaan asuransi itu.

Prospek bisnis bank-bank BUMN menurut Suria masih akan bagus ke depan apalagi ditambah dengan adanya penurunan suku bunga. Sahamnya juga diperkirakan masih akan bergerak positif ke depan mengingat sektor perbankan selalu mencatatkan performa lebih baik dari IHSG dalam tiga tahun terakhir.

Sementara Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI mengatakan, ada banyak faktor yang bisa jadi penyebab penurunan harga saham perseroan. Pertama, akibat perlambatan pertumbuhan kredit di industri.

Baca Juga: Serikat Pekerja KB Koomin Bank dan Bukopin melansungkan program social responsibility

Lalu kedua adalah dampak dari hasil riset terbaru Moody's yang menyebut meningkatnya risiko perbankan di kawasan Asia Pasifik seiring dengan melemahnya kemampuan pembayaran utang perusahaan akibat perlambatan ekonomi setelah meningkatnya tensi perang dagang China-US.

Dan ketiga, akibat pengaruh dari situasi politik yang masih belum stabil akibat maraknya demonstrasi akhir ini. "Secara umum, lebih banyak faktor eksternal yang pengaruhi persepsi investor, terutama investor luar negeri," jelas Herry.

Sedangkan pertumbuhan kredit bank BNI cukup bagus. Per Agustus, kreditnya tumbuh 19,7% yoy menjadi Rp 525,7 triliun. Dari perkembangan tersebut, BNI memprediksi kredit di triwulan III masih akan tumbuh dua digit, lebih tinggi dari pertumbuhan industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×