Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, PT Harum Energy Tbk (HRUM) dinilai punya prospek yang menjanjikan. Prospek cerah ini seiring dengan harga batubara yang masih solid.
Analis Bahana Sekuritas Timothy Wijaya merekomendasikan beli saham HRUM dengan target harga Rp 15.500. Dia menilai, harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) HRUM tentu akan meningkat tahun ini. HRUM disebut memiliki batubara dengan kalori tinggi, sama dengan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG).
“Ke depannya, kami optimistis jikalau ASP akan terus meningkat, melihat harga batubara global yang masih sangat tinggi saat ini,” terang Timothy kepada Kontan.co.id, Selasa (10/5).
Asal tahu, emiten tambang batubara ini berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih dan pendapatan. Kenaikan kinerja keuangan HRUM tidak terlepas dari kenaikan ASP. Dalam laporan kinerja kuartalan, Selasa (10/5), sepanjang kuartal pertama 2022 HRUM mencatatkan ASP sebesar US$ 168,4 per ton atau 31,6% lebih tinggi dari ASP yang dicapai pada kuartal keempat 2021 sebesar US$ 128,0 per ton.
Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, ASP Harum Energy mengalami lonjakan hingga 158,8%, dimana ASP yang dicapai pada kuartal pertama 2021 hanya sebesar US$ 65,1 per ton.
Baca Juga: Laba Harum Energy (HRUM) Melejit 256% pada Kuartal I, Ini Pendorongnya
Akibatnya, pendapatan HRUM turut terdongkrak. HRUM mencatat pendapatan sebesar US$ 152,2 juta pada kuartal pertama 2022.
Angka tersebut 16,5% lebih tinggi dari pendapatan yang tercatat pada kuartal keempat 2021 yakni US$ 130,6 juta. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, pendapatan HRUM melesat sebesar 166,6%, sebagai hasil dari ASP yang lebih tinggi dan dibarengi dengan volume penjualan yang lebih tinggi.
Kinerja HRUM juga terdongkrak bisnis nikel yang digelutinya. Smelter rotary klin electric furnace (RKEF) milik PT Infei Metal Industry (IMI), memulai produksi uji coba lebih cepat dari jadwalnya, yakni pada Desember 2021.
Selama tiga bulan pertama tahun ini, IMI berhasil memproduksi dan menjual 4.065 ton dan 5.046 ton setara logam nikel. Penjualan perdana menghasilkan pendapatan sebesar US$ 88,3 juta dan laba bersih sebesar US$ 16,2 juta untuk kuartal tersebut.
HRUM juga mencatatkan bagian laba sebesar US$ 11,9 juta dari entitas asosiasi dari penyertaan modal di PT Infei Metal Industry (IMI) dan Nickel Mines Limited (NIC) pada akhir kuartal pertama 2022. Pada periode yang sama, HRUM juga menerima dividen tunai sebesar US$ 2,4 juta dari investasi ekuitasnya di NIC.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, HRUM mencetak laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$ 62,8 juta pada kuartal pertama 2022. Jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun lalu, angka ini mengalami lonjakan 256,5%. Sebagai perbandingan, laba bersih HRUM di periode kuartal pertama 2021 sebesar US$ 17,6 juta.
Menurut Timothy, ekspansi HRUM di sektor nikel memang menjadi katalis positif untuk perkembangan perusahaan ini ke depannya. “Karena memang itu strategi diversifikasi mereka. Seharusnya bisa mendongkrak kinerja ke depannya,” sambung dia.
Adapun IMI menjadi proyek smelter nikel pertama HRUM. Dan kini PT Westrong Metal Industry (WMI) menjadi proyek smelter kedua setelah 20% sahamnya dibeli oleh HRUM. Timothy mengatakan, keduanya sama-sama telah menjalin kerjasama dengan Tsingshan.
“Jadi memang sudah ada sinergi dari awal,” tutup Timothy
Asal tahu, HRUM terus melebarkan sayapnya di bisnis nikel. Terbaru, pada 27 April 2022, melalui anak usahanya yakni PT Harum Nickel Industry (HNI), HRUM mengambil bagian atas 250.000 saham baru dalam PT Westrong Metal Industry (WMI).
Jumlah ini mewakili 20% dari total modal yang ditempatkan dan disetor PT Westrong Metal Industry, dengan harga pengambilan bagian saham sebesar US$ 75 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News