Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup menguat, mencatatkan reli selama tujuh hari perdagangan berturut-turut. Pada perdagangan Senin (6/5), IHSG naik 0,97% atau 66,24 poin ke level 6.898,19.
Research Analyst PT Henan Putihrai Sekuritas, Irsyady Hanief mengatakan penguatan IHSG selama tujuh hari perdagangan terakhir didorong oleh beberapa faktor utama, antara lain foreign flow yang kembali masuk ke pasar saham Indonesia dengan nilai net buy sekitar Rp 410,17 miliar dari 29 April hingga 5 Mei.
Selain itu, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan rilis kinerja positif kuartal I-2025 emiten turut memberikan sentimen positif bagi investor luar untuk balik ke pasar saham Indonesia.
Baca Juga: Menghijau, Cek Harga Saham BBRI, BRIS, dan BBCA saat IHSG Naik pada Selasa (6/5)
Irsyady menerangkan dalam periode 28 April hingga 5 Mei 2025, ada tiga saham yang mencatatkan aksi net foreign buy signifikan, didukung oleh kinerja keuangan kuartal I-2025 positif.
Pertama, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Investor asing akumulasi sekitar 284,9 juta saham ANTM. Perusahaan ini melaporkan peningkatan laba bersih signifikan dari Rp 210 miliar jadi Rp 2,32 triliun, didorong oleh harga nikel global yang stabil dan permintaan logam dasar yang meningkat, yang berkontribusi pada pendapatan dan laba bersih perusahaan.
Kedua, PT Darma Henwa Tbk (DEWA). Investor asing akumulasi sekitar 78,9 juta saham DEWA. DEWA melaporkan peningkatan laba bersih dari Rp 7 miliar jadi Rp 69 miliar, serta ekspansi margin laba bersih dari 0,6% pada kuartal I-2024 jadi 4,3% di kuartal I-2025.
Ketiga, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA). Investor asing akumulasi sekitar 77,8 juta saham BBCA. BBCA melaporkan pertumbuhan pre-provision operating profit sekitar 10% YoY dari Rp 16,8 triliun jadi Rp 18,5 triliun. Laba bersih BBCA juga melaporkan pertumbuhan 9,8% YoY dari Rp 12,9 triliun jadi Rp 14,1 triliun.
Secara teknikal, Irsyady menjelaskan bahwa IHSG berhasil mempertahankan posisi di atas MA Cross 50 (moving average 50 hari terakhir) pada level 6.531 dan indikator Fibonacci pada level 6.710 (Golden Ratio).
"Kedua level tersebut merupakan level krusial bagi IHSG," kata Irsyady kepada Kontan, Selasa (6/5).
Baca Juga: IHSG Menguat 0,97% ke 6.898 pada Selasa (6/5), ANTM, AMMN, INCO Jadi Top Gainers LQ45
Selain itu, level harga 6.794-6.877, yang sebelumnya menjadi resistance kuat, berhasil ditembus atau breakout, membuka potensi bagi IHSG untuk melanjutkan pergerakannya.
"Saat ini, IHSG berpotensi menguji resistance berikutnya di level 7.002-7.073, dengan target jangka panjang pada MA Cross 200 (moving average 200 hari terakhir) yang terletak di level 7.151," tambah Irsyady.
Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia Fath Aliansyah menyampaikan pergerakan IHSG dalam beberapa hari terakhir terdorong dari kenaikan saham-saham baik blue chips dan juga konglomerasi yang memberikan kontribusi besar ke pergerakan IHSG.
Beberapa saham seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan saham-saham lainnya cenderung mengalami penguatan. Melihat momentum yang terjadi saat ini secara jangka pendek, probabilitasnya cukup besar bagi indeks untuk bisa menyentuh 7.000.
"Keadaan global yang cenderung kondusif apabila dibandingkan dengan awal penerapan tarif oleh Amerika Serikat dan nilai kurs rupiah yang cenderung menguat dapat menjadi katalis tambahan untuk pergerakan IHSG dalam beberapa waktu ke depan," kata Fath kepada Kontan, Selasa (6/5).
Fath menambahkan saat ini terdapat sejumlah emiten big caps yang berpotensi membahas besaran dividen yang akan dibagikan, dengan RUPS dijadwalkan berlangsung pada bulan Mei ini.
Baca Juga: Skenario IHSG Jelang Putusan Suku Bunga The Fed
Dua di antaranya adalah PT Astra International Tbk (ASII) yang akan menggelar RUPS pada 8 Mei dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) pada 27 Mei. Melihat harga saham saat ini, potensi dividend yield dari kedua emiten tersebut tergolong menarik, sehingga dapat menjadi katalis positif, baik bagi kinerja saham masing-masing maupun bagi pergerakan IHSG secara keseluruhan.
Sementara itu, Ekonom Panin Sekuritas Felix Darmawan mengungkapkan bahwa IHSG menunjukkan ketahanan yang cukup baik meski dibayangi oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025.
Hal ini didorong oleh beberapa faktor positif misal penguatan nilai tukar rupiah, potensi penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia, serta kinerja solid dari sejumlah emiten big caps.
Tak hanya itu, ada beberapa katalis yang dapat menopang IHSG ke depan. Misalnya, sentimen global. Kebijakan moneter The Fed yang cenderung dovish dan potensi pemangkasan suku bunga dapat mendorong aliran dana asing ke pasar saham Indonesia.
Kemudian, sektor-sektor tertentu seperti perbankan, otomotif, dan barang konsumsi primer masih menunjukkan kinerja yang solid dan dapat menjadi penopang IHSG.
"Secara keseluruhan, meskipun sebagian besar emiten big caps telah merilis kinerja dan membagikan dividen, masih terdapat beberapa faktor dan emiten yang dapat memberikan sentimen positif bagi IHSG ke depan," tambah Felix kepada Kontan, Selasa (6/5).
Felix juga menjelaskan jika sentimen global tetap positif dan didukung oleh data ekonomi domestik yang solid, maka IHSG berpeluang menembus level 7.000 dalam jangka menengah. Potensi ini akan semakin besar jika ketegangan perang dagang, khususnya terkait tarif AS tidak kembali meningkat.
Baca Juga: IHSG Rawan Terkoreksi pada Selasa (6/5) Usai Data Pertumbuhan Ekonomi Dirilis
Analis sekaligus VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, Oktavianus Audi, memproyeksikan tiga skenario pergerakan IHSG pada kuartal II-2025 yaitu, pertama, skenario optimistis di kisaran 6.950–7.050. Kedua, skenario moderat di rentang 6.700–6.800. Ketiga, skenario pesimistis antara 6.100–6.200.
Menurutnya, target ini cenderung mengalami kenaikan seiring munculnya sejumlah sentimen positif di pasar, seperti meredanya ketegangan perang dagang antara China dan AS serta penguatan nilai tukar rupiah, meskipun suku bunga diperkirakan masih tetap tinggi.
"Dengan pertimbangan IHSG yang sudah signifikan alami kenaikan dalam sebulan terakhir, maka investor dapat memanfaatkan momentum dalam jangka pendek," ucap Audi kepada Kontan, Selasa (6/5).
Rekomendasi Saham
Audi menyarankan buy beberapa saham pilihan, seperti BBCA, BMRI, TLKM dan BRIS di target harga masing-masing Rp 9.250, Rp 5.450, Rp 2.830 dan Rp 3.190. Ia juga membagikan rekomendasi trading buy saham AMMN di target harga Rp 8.250.
Di sisi lain, Irysady merekomendasikan PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ) yang mencatatkan net foreign flow sebesar 342,1 ribu saham pada 5 Mei, serta sentimen positif seperti hasil kuartal I-2025 yang positif, dan rencana RUPS pada 28 Mei 2025 dengan potensi untuk mengumumkan pembayaran dividen.
"Secara teknikal, kami merekomendasikan DAAZ untuk buy on breakout dengan entry level sekitar Rp 4.500-Rp 4.520, dengan target harga terdekat sekitar Rp 5.100-Rp Rp 5.200 dan stop loss sekitarRp 3.900-Rp 3.920," tutup Irsyady.
Selanjutnya: Foto Bumi dari Sudut Pandang Tak Terduga Ini Bikin Netizen Tercengang
Menarik Dibaca: 4 Varian Micellar Water Wardah Sesuai Jenis Kulit untuk Hapus Makeup dan Kotoran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News