Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Yudho Winarto
Yogi menambahkan, manajemen rencananya akan menggunakan dana tersebut untuk melunasi utang dan mengembangkan proyek-proyek yang dijalankan APLN. Namun untuk proyek apa saja, APLN masih menyimpan rapat.
Lalu terkait utang, APLN memiliki jumlah utang di atas rata-rata dibanding emiten properti lainnya. Semester I-2016 liabilitas utang perseroan naik menjadi Rp 15,79 triliun, dari Rp 15,49 per akhir 2015.
Sementara untuk waktu, kapan dua aset itu akan dijual, Yogi tidak bisa sampaikan karena masih disimpan oleh manajemen. "Kami tidak bisa beritahu sekarang. Kalau bisa lebih cepat, ya lebih baik," jelas Yogi.
William Surya Wijaya analis Asjaya Indosurya Securities mengatakan, APLN melego dua aset tersebut mungkin sudah menguntungkan perseroan karena akan mendapat modal baru. Namun bagaimana dampak ke kinerja APLN, William bilang tergantung kepada langkah selanjutnya perusahaan.
Sepanjang tahun 2016, APLN berharap bisa kantongi pendapatan Rp 3 - Rp 3,5 triliun. Yogi melihat di tahun ini sektor properti masih cukup berat. Makanya kemungkinan target tersebut tidak bisa terpenuhi sampai akhir tahun ini.
Meski memang pemerintah telah memberikan kebijakan-kebijakan yang bisa mendorong sektor properti seperti pengampunan pajak dan loan to value (LTV).
"Harapannya tax amnesty bisa jadi katalis positif bagi sektor properti terutama APLN, tetapi melihat realisasinya yang masih jauh dari target, sepertinya agak sulit," tambah Yogie.