Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sukses mencatatkan kinerja positif sepanjang 2019, prospek obligasi negara di 2020 diprediksi masih akan lanjut positif. Sebagai informasi, rata-rata keuntungan di obligasi negara naik 13,62%, berdasarkan indeks INDOBEX Government Total Return.
Senior Vice President Recapital Asset Management Rio Ariansyah mengungkapkan, berbagai data positif yang terjadi sepanjang 2019 berhasil mendorong pertumbuhan return obligasi negara Tanah Air.
Baca Juga: BI: Kewajiban neto posisi investasi Indonesia menurun di kuartal III 2019
Salah satunya data kepemilikan asing di goverment bonds hingga 20 Desember 2019 mencapai Rp 1,064 triliun atau sekitar 38,48%. "Kepemilikan asing yang stabil ini membuat posisi harga goverment bonds tetap menguat," jelas Rio kepada Kontan, Jumat (27/12).
Faktor lainnya yang turun mendorong pertumbuhan return negara yakni nilai tukar rupiah yang kini berada di kisaran Rp 13.950 per dollar AS dalam seminggu terakhir. Level tersebut dianggap cukup stabil dan ikut menopang kondisi penguatan di obligasi negara.
Rio juga menambahkan, benchmar 10 tahun untuk US Treasury saat ini berada di 1.891 dan untuk tenor 5 tahun credit default swap (CDS) berada di 67.721. Posisi tersebut juga turut menjadi penopang bagi penguatan obligasi negara hingga sisa 2019.
"Prospek ke depan, obligasi negara masih akan tetap menarik, terutama dari segi stabilnya arahan untuk suku bunga Bank Indonesia (BI7DRR)," ungkapnya.
Adapun sentimen yang bakal jadi penopang kinerja obligasi negara masih seputar stabilitas kepemilikan asing, kondisi rupiah serta posisi US Treasury dan CDS yang masih menarik.
Baca Juga: Sempat melorot akhir 2019, January effect jadi momentum asing kembali masuk pasar SBN
Proyeksinya, untuk yield Surat Utang Negara (SUN) dengan tenor 10 tahun akan berada di kisaran 6,5% hingga 7% di 2020.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto melihat, tren BI7DRR di tahun depan masih berpeluang mengalami pelonggaran.
Hal ini sejalan dengan kemungkinan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS/The Fed) masih akan melakukan pelonggaran moneter di tahun depan dan memangkas suku bunga acuannya kembali.
Baca Juga: Restruktukturisasi aset, Jiwasraya akan lepas koleksi saham undervalue tahun depan
"Pelonggaran moneter otomatis akan membuat mereka (investor) akan mencari surat-surat berharga yang menarik, termasuk milik Indonesia," kata Ramdhan kepada Kontan, Jumat (27/12).
Di sisi lain, Ramdhan menilai kekhawatiran investor terhadap kondisi investasi Tanah Air masih akan berlanjut. Hal ini seiring banyaknya produk reksadana di Indonesia yang bermasalah sepanjang 2019, meskipun sebagian besar memengaruhi reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap.
Baca Juga: Jiwasraya akan lepas koleksi saham undervalue jika nilainya capai Rp 5,6 triliun
Untuk tahun depan, Ramdhan menilai pasar obligasi negara secara volume masih akan didominasi oleh investor domestik. Hanya saja, jika dilihat dari aktifitas transaksi pasar masih akan didominasi oleh investor asing.
"Meskipun nggak akan sekuat 2019, kinerja obligasi negara di 2020 masih akan positif dan saya prediksi terjadi penguatan yield di kisaran 6,7% hingga 6,8%," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News