kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis prediksi obligasi negara pada 2020 masih jadi pilihan menarik, ini alasannya


Minggu, 29 Desember 2019 / 18:07 WIB
Analis prediksi obligasi negara pada 2020 masih jadi pilihan menarik, ini alasannya
ILUSTRASI. Aktivitas karyawan yang memantau perdagangan obligasi atau surat utang di dealing room Bank BRI di Jakarta, Selasa (12/8/2014).Analis prediksi obligasi negara pada 2020 masih jadi pilihan menarik, karena return-nya yang masih tinggi.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Noverius Laoli

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto melihat, tren BI7DRR di tahun depan masih berpeluang mengalami pelonggaran.

Hal ini sejalan dengan kemungkinan bahwa Bank Sentral Amerika Serikat (AS/The Fed) masih akan melakukan pelonggaran moneter di tahun depan dan memangkas suku bunga acuannya kembali.

Baca Juga: Restruktukturisasi aset, Jiwasraya akan lepas koleksi saham undervalue tahun depan

"Pelonggaran moneter otomatis akan membuat mereka (investor) akan mencari surat-surat berharga yang menarik, termasuk milik Indonesia," kata Ramdhan kepada Kontan, Jumat (27/12).

Di sisi lain, Ramdhan menilai kekhawatiran investor terhadap kondisi investasi Tanah Air masih akan berlanjut. Hal ini seiring banyaknya produk reksadana di Indonesia yang bermasalah sepanjang 2019, meskipun sebagian besar memengaruhi reksadana saham dan reksadana pendapatan tetap.

Baca Juga: Jiwasraya akan lepas koleksi saham undervalue jika nilainya capai Rp 5,6 triliun

Untuk tahun depan, Ramdhan menilai pasar obligasi negara secara volume masih akan didominasi oleh investor domestik. Hanya saja, jika dilihat dari aktifitas transaksi pasar masih akan didominasi oleh investor asing.

"Meskipun nggak akan sekuat 2019, kinerja obligasi negara di 2020 masih akan positif dan saya prediksi terjadi penguatan yield di kisaran 6,7% hingga 6,8%," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×