Reporter: Benedicta Prima | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah turun 5,71% bahkan kembali ke bawah 6.000 tepatnya 5.937 pada penutupan Jumat (31/1). Di sisi lain, nilai rata-rata transaksi harian pun tercatat sebanyak Rp 6,37 triliun.
Bila dibandingkan dengan Januari 2019, performa pasar saham di bulan pertama tahun ini cukup lebih rendah. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG Januari 2019 ditutup di level 6.532 atau menguat 5,46% secara year to date (ytd). Kala itu, nilai rata-rata transaksi harian tercatat mencapai Rp 10,76 triliun.
Direktur Avere Investama Teguh Hidayat mengatakan, kondisi tersebut merupakan efek dari sentimen negatif dari dalam negeri yang beruntun beberapa waktu terakhir.
"Sangat jelas, tidak jauh berbeda dengan yang lain, terkait Jiwasraya yang kemudian merembet kemana-mana. Ada reksadana yang dibubarkan, ada rekening yang dibekukan dan ada market maker yang ditangkap," jelas Teguh kepada Kontan.co.id, Jumat (31/1).
Baca Juga: Analis: Panic selling sebabkan pasar dan nilai transaksi tertekan
Dus, banyak saham tidak bisa aktif diperdagangkan, salah satunya yang terindikasi sebagai saham gorengan. Teguh menjelaskan transaksi saham gorengan bisa menyumbang Rp 1 triliun per hari. Hal ini juga yang menyebabkan rata-rata nilai transaksi harian dalam tiga tahun terakhir cukup tinggi, mencapai Rp 10 triliun.
"Cuma sebenarnya kalau kami lihat lebih jauh ke belakang lima sampai 10 tahun lalu memang angka transaksi bursa di sekitar Rp 4 triliun - Rp 5 triliun, nah dalam beberapa tahun terakhir meningkat ya karena saham goreng-goreng. Jadi bukan karena investor masuk tetapi karena bandar jadi tidak berkualitas," imbuh Teguh.
Nah saat ini, Teguh mengatakan, otoritas sedang melakukan bersih-bersih. Seperti, melakukan pemblokiran sekitar 800 sub rekening efek sebagai lanjutan penyidikan skandal Jiwasraya dan membubarkan beberapa reksadana saham yang menawarkan imbal hasil tetap. Sehingga wajar saja apabila pasar tertekan dalam beberapa waktu ke depan.
"Karena memang bandar itu aktif goreng-goreng saham itu sudah terjadi sejak dulu tapi baru sekarang ditindak oleh otoritas dan ini memang bagus dalam jangka panjang, tapi ini kan masa proses penyembuhan. Ibaratnya kalau yang gorengan kan puluhan tahun, tidak akan bisa sembuh satu dua hari. Tapi saya optimis," jelasnya lagi.
Baca Juga: Analis: Pasar bisa pulih apabila kasus Jiwasraya dan Asabri selesai
Dus, Teguh menyarankan investor untuk berhati-hati. Menurutnya, investor saat ini lebih baik mengumpulkan uang tunai. Apabila pasar sudah pulih, baru investor bisa masuk kembali.
"Jadi saya percaya akhirnya happy ending tapi tidak dalam satu dua bulan ke depan. Baru akan beres di semester kedua. Jadi ya kumpulin cash saja dulu, tidak usah panik. Tapi kalau masuk lagi tunggu sampai reda, karena masih belum reda," pungkas dia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News