Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) semakin agresif bersaing pasca konsolidasi. Emiten telekomunikasi ini berpotensi terus menyerap pelanggan baru terutama ekspansinya merambah ke area luar pulau Jawa.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Niko Margaronis menilai, pendapatan ISAT sejalan dengan panduan pada kuartal I-2024 yang berada pada posisi baik untuk lebih banyak monetisasi di luar Jawa dan peningkatan leverage operasi.
Laba bersih ISAT pada kuartal pertama sebesar Rp 1,26 triliun yang meningkat 39,4% year on year (YoY) berkat pendapatan yang tangguh di tengah musim dan ekspansi yang sedang berlangsung di luar Jawa disertai margin EBITDA yang stabil.
ISAT menghasilkan laba bersih pada kuartal I-2024 sebesar Rp 1.26 triliun atau mencapai 24,4% dari estimasi konsensus yang bertumbuh 39,4% secara tahunan. Capaian laba ISAT tersebut mencerminkan pertumbuhan pendapatan yang kuat di tengah tren musiman di kuartal pertama.
Baca Juga: Penjualan Mobil Masih Lesu, Begini Rekomendasi Saham Astra International (ASII)
Niko menyoroti, Base Transceiver Station (BTS) 2G semakin meningkat pada kuartal I-2024 yang mengindikasikan ekspansi di luar Jawa, dimana permintaan terhadap BTS lama masih banyak. Pelanggan ISAT pun meningkat menjadi 100,8 juta yang tumbuh 2,3 juta QoQ pada kuartal I-2024, meskipun dengan ARPU yang lebih rendah yaitu Rp 37,5 ribu.
“Ekspansi yang sedang berlangsung di luar Jawa menghasilkan pertumbuhan pelanggan, trafik, serta pendapatan,” ungkap Niko dalam riset 2 Mei 2024.
Menurut Niko, ISAT memiliki posisi yang tepat untuk membuka leverage operasi dengan fondasi yang kuat. EBITDA mencapai Rp 6,5 triliun pada triwulan pertama 2024, dengan margin EBITDA yang stabil sebesar 47%, meskipun terjadi kenaikan biaya pengeluaran atau disebut opex pada biaya jasa seiring ekspansi perluasan jaringan di lokasi baru luar Jawa.
BRI Danareksa Sekuritas meyakini biaya pemasaran mulai normal sejak puncaknya pada kuartal IV-2023 dan dampaknya akan berlanjut hingga periode Lebaran. Sehingga, hal ini akan memposisikan ISAT untuk menghasilkan leverage operasi pada kuartal II 2024.
Analis Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menilai, kinerja positif ISAT di tiga bulan pertama tahun ini semestinya akan terus berlanjut. Optimisme itu karena melihat peningkatan Average Revenue Per User (ARPU) atau pendapatan rata-rata per pengguna yang berpotensi menyentuh angka 40 ribu pada tahun 2024.
ISAT membukukan sedikit penurunan ARPU kuartalan menjadi Rp37,5 ribu dibandingkan Rp 38,5 ribu pada kuartal IV-2023 lalu. Namun demikian, ISAT membukukan pertumbuhan ARPU terkuat di industri pada kuartal I-2024 sebesar 13,9% secara tahunan.
Pada bisnis Fixed Broad Band (FBB), total pelanggan Indosat HiFi mencapai 339,4 ribu selama tiga bulan pertama 2024 atau telah bertambah sekitar 327 ribu pelanggan secara tahunan. Lonjakan pelanggan baru bisnis FBB ISAT ini terutama berkat akuisisi pelanggan dari MNC Play.
ISAT sebelumnya memasang target untuk meraih sekitar 10% pangsa pasar pada tahun 2025, melalui pertumbuhan organik dan anorganik serta pendapatan sebesar US$280 juta - US$300 juta dari segmen FBB pada tahun 2026. ISAT juga mengungkapkan hasil bisnis FBB sekitar 25% EBITDA Margin untuk saat ini.
Baca Juga: Catat Kinerja Positif pada Kuartal I, Analis Kompak Rekomendasikan Beli Saham MIKA
“Kinerja positif ISAT seharusnya akan terus berlanjut,” sebut Jimmy.
Jimmy melihat, ISAT berkomitmen dalam mengembangkan jaringan dan meningkatkan kualitas layanan. Hal itu tercermin dari realisasi belanja modal atawa capital expenditure (Capex) tahun lalu dan anggaran capex tahun ini yang berjumlah sebesar Rp 12 triliun.
Di samping itu, masifnya ekspansi jaringan ISAT tercermin dari peningkatan jumlah BTS sekitar 35 ribu baru secara tahunan pada kuartal I 2024. Jumlah pelanggan pun terlihat stabil di sekitar 100 juta dengan sedikit fluktuasi pada setiap kuartal.
Analis BNI Sekuritas Aurellia Setiabudi mengatakan bahwa serangkaian ekspansi akan mendukung prospek menjanjikan bagi ISAT. Dimana, saat ini ISAT telah bergerak dari perusahaan telko ke perusahaan tekno.
Dia memaparkan, pada bulan Mei 2022, ISAT mendirikan usaha patungan atau joint venture (JV) dengan BDx yakni sebuah perusahaan pusat data Asia Pasifik untuk mendirikan BDx Indonesia di bawah PT Starone Mitra Telekomunikasi (SMT). BDx Indonesia sendiri saat ini telah mengoperasikan 11 pusat data dan beberapa pusat data edge di seluruh negeri, dengan kapasitas 30-40MW.
Ke depan, BDx Indonesia sedang membangun pusat data di Jakarta Selatan dengan rencana kapasitas sebesar 15MW, yang diharapkan dapat beroperasi pada kuartal IV-2024. Selain itu, BDx mendirikan pusat data skala besar di Suryacipta Karawang dengan rencana kapasitas sebesar 100MW.
Selain itu, lanjut Aurellia, pada bulan Februari 2024, ISAT dan Nvidia menandatangani MoU untuk meningkatkan lanskap kecerdasan buatan (AI) di Indonesia, termasuk penawaran GPU as a Service (GaaS) menggunakan GPU Tensor Nvidia H100 yang di-hosting di pusat data BDx Indonesia.
ISAT juga berencana mengembangkan proyek negara AI di Solo dengan nilai investasi yang dilaporkan sebesar US$200 juta oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), dengan rencana awal untuk membangun pusat data AI di wilayah tersebut.
Emiten sektor telekomunikasi ini juga berencana memperluas portofolionya dengan meluncurkan lini bisnis baru, GPU as a Service (GaaS) pertama di Indonesia. Bisnis tersebut akan dikelola oleh Lintasarta, anak perusahaan di mana ISAT memegang 72,36% saham, dan GPU-nya akan ditempatkan di pusat data BDx Indonesia.
“Kami mempertahankan pandangan positif terhadap ISAT, didukung oleh prospek menjanjikan untuk pertumbuhan EBITDA dan pendapatan yang lebih kuat,” kata Aurellia dalam riset 17 April 2024.
Aurellia menambahkan, optimisme terhadap ISAT ini semakin didukung oleh rekam jejak ISAT dalam meningkatkan nilai pemegang saham melalui dividen khusus, yang didukung oleh generasi Arus Kas Bebas (FCFF) yang kuat.
Namun, perlu diperhatikan pula risiko bagi ISAT yakni kelambanan dalam pertumbuhan ARPU seluler dalam jangka panjang dan inisiatif Fixed Mobile Convergence (FMC) tertinggal dari pesaingnya, perang harga yang berulang, serta risiko peraturan.
Aurellia mempertahankan rekomendasi beli untuk ISAT dengan target harga Rp 14.500 per saham. Niko merekomendasikan beli untuk ISAT dengan target harga Rp 13.300 per saham
Setali tiga uang, Jimmy menyarankan beli untuk ISAT dengan target harga lebih rendah di Rp 12.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News