Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Selain itu, lanjut Aurellia, pada bulan Februari 2024, ISAT dan Nvidia menandatangani MoU untuk meningkatkan lanskap kecerdasan buatan (AI) di Indonesia, termasuk penawaran GPU as a Service (GaaS) menggunakan GPU Tensor Nvidia H100 yang di-hosting di pusat data BDx Indonesia.
ISAT juga berencana mengembangkan proyek negara AI di Solo dengan nilai investasi yang dilaporkan sebesar US$200 juta oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), dengan rencana awal untuk membangun pusat data AI di wilayah tersebut.
Emiten sektor telekomunikasi ini juga berencana memperluas portofolionya dengan meluncurkan lini bisnis baru, GPU as a Service (GaaS) pertama di Indonesia. Bisnis tersebut akan dikelola oleh Lintasarta, anak perusahaan di mana ISAT memegang 72,36% saham, dan GPU-nya akan ditempatkan di pusat data BDx Indonesia.
“Kami mempertahankan pandangan positif terhadap ISAT, didukung oleh prospek menjanjikan untuk pertumbuhan EBITDA dan pendapatan yang lebih kuat,” kata Aurellia dalam riset 17 April 2024.
Aurellia menambahkan, optimisme terhadap ISAT ini semakin didukung oleh rekam jejak ISAT dalam meningkatkan nilai pemegang saham melalui dividen khusus, yang didukung oleh generasi Arus Kas Bebas (FCFF) yang kuat.
Namun, perlu diperhatikan pula risiko bagi ISAT yakni kelambanan dalam pertumbuhan ARPU seluler dalam jangka panjang dan inisiatif Fixed Mobile Convergence (FMC) tertinggal dari pesaingnya, perang harga yang berulang, serta risiko peraturan.
Aurellia mempertahankan rekomendasi beli untuk ISAT dengan target harga Rp 14.500 per saham. Niko merekomendasikan beli untuk ISAT dengan target harga Rp 13.300 per saham
Setali tiga uang, Jimmy menyarankan beli untuk ISAT dengan target harga lebih rendah di Rp 12.500 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News