Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) masih tangguh sebagai pemimpin pasar saat industri FMCG mengalami perlambatan. Analis memperkirakan penjualan akan lebih kuat di semester kedua dengan margin yang lebih solid.
Analis Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menilai, kinerja ICBP tetap teguh meskipun menghadapi tantangan makro. Hal itu terlihat pada performa emiten Grup Salim ini pada kuartal II yang menunjukkan tantangan makro ditandai penurunan daya beli.
Di periode kuartal kedua 2023, ICBP mencatatkan pendapatan sebesar Rp 15,34 triliun yang lebih rendah 0,4%YoY dan 19,9% QoQ. Hasil yang lebih rendah terutama diakibatkan oleh volume penjualan yang datar dan bahkan menurun di semua segmen.
Namun ICBP menikmati pangsa pasar yang lebih tinggi di saat industri menunjukkan penurunan pada semester pertama 2023. ICBP tangguh berkat dominasinya di pasar yaitu menguasai sekitar 78% pangsa pasar dan didukung oleh kekuatan harga yang kuat.
Baca Juga: ICBP Bakal Menikmati Margin yang Lebih Tinggi, Intip Rekomendasi Sahamnya
“Indofood CBP relatif mampu mempertahankan volume penjualan datar. Hal ini menunjukkan dominasi pasar ICBP dan kekuatan harga yang kuat,” jelas Agus.
Agus menilai, hasil pendapatan dan laba bersih ICBP pada kuartal kedua ini masih sejalan dengan proyeksi yakni masing-masing mencapai 49% dan 59% dari estimasi. Dari sisi bottom line, ICBP mampu menjaring laba sebesar Rp 1,77 triliun dan mencetak margin 11,5% di periode kuartal II 2023.
“Hasil ini menunjukkan peningkatan signifikan secara tahunan berkat penurunan harga komoditas dan penguatan rupiah,” kata Agus.
Terlepas dari tantangan yang dihadapi industri konsumer, hasil kinerja ICBP pada kuartal kedua menunjukkan tantangan yang sama dialami oleh perusahaan konsumer lainnya. Agus menilai kinerja ICBP masih sesuai proyeksi dengan tanda-tanda pemulihan daya beli dapat terjadi pada semester kedua 2023.
Pendapatan ICBP dari segmen mi instan tumbuh datar pada kuartal kedua terutama karena harga jual rata-rata (ASP) yang lebih tinggi dari harga tahun lalu, mengingat ICBP belum menaikkan harga untuk tahun ini.
Sementara segmen produk susu masih penuh tantangan pada kuartal kedua, seiring dengan tantangan perlambatan industri dan meningkatnya persaingan. Titik harga yang tinggi dari kenaikan tahun lalu juga mempengaruhi volume penjualan terutama pada susu kental manis yang menargetkan segmen menengah ke bawah.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Putu Chantika Putri memaparkan, segmen mie instan melaporkan pertumbuhan penjualan yang lesu sebesar 2% YoY dan lebih rendah 19,2% QoQ pada kuartal kedua tahun ini.
Baca Juga: Harga Ayam Naik, Cek Rekomendasi Saham Japfa Comfeed (JPFA)
Hasil tersebut membawa penjualan naik 8,4% YoY menjadi Rp 24,6 triliun di semester I 2023 terutama didorong oleh kenaikan harga jual rata-rata dan volume yang datar.
Mengenai pasar luar negeri, ICBP mengantisipasi penjualan akan lebih kuat di semester kedua terutama dari Pinehill. Margin Ebitda tetap kuat karena melemahnya harga komoditas, berada di 26,9% pada semester I 2023 dibandingkan 20,6% pada semester I 2022.
Sementara penjualan divisi Susu (dairy) turun 19,2% QoQ dan 10,8% YoY di kuartal kedua, sehingga menghasilkan penurunan sebesar 6,9% menjadi Rp 4,7 triliun pada semester I 2023. Hasil ini sejalan dengan tren industri yang mengalami perlambatan.