Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Melansir data RTI, historis harga saham PT Bank Danamon Tbk (BDMN, anggota indeks Kompas100 ini) selama sepekan mencatatkan tren kenaikan. Pada Jumat (19/7) harga pembukaan saham BDMN berada di level Rp 4.850 lalu sebelum sesi I meningkat pesat hingga Rp 5.200. Kemudian, emiten tersebut mengalami penurunan dan menutup harga di level Rp 5.100.
Menurut analis Jasa Capital Utama Sekuritas Chris Apriliony kepada Kontan.co.id pada (19/7), kenaikan tiba-tiba terhadap saham BDMN lebih kepada sentimen emiten ini yang sudah terkoreksi cukup dalam. Chris juga menambahkan secara kinerja BDMN justru terlihat mengalami penurunan di kuartal I kemarin.
Melihat dari laporan keuangan kuartal I 2019, BDMN berhasil membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 933 miliar. Laba emiten tersebut menyusut 10,65% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp 1,04 triliun.
Pendapatan bunga BDMN di kuartal I 2019 juga menurun 2% secara tahunan menjadi Rp 3,54 triliun. Sementara, pendapatan operasional Bank Danamon juga menyusut tipis 1% secara year on year (yoy) menjadi Rp 4,33 triliun di kuartal I 2019. Alhasil, laba operasional mengalami penurunan 8% secara tahunan dari Rp 1,47 triliun menjadi Rp 1,37 triliun.
Pada waktu yang sama, analis Samuel Sekuritas Suria Dharma menyatakan pasca merger dengan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk (BBNP), saham publik BDMN yang beredar di publik menjadi sedikit, yaitu free float 6%. Hal itu menyebabkan harga saham terus tertekan hingga price to book value (PBV) sebesar 1 kali. Serta potensi harga untuk turun (downside) juga sudah sedikit.
Setelah merger, pemilik saham BNP, yakni The Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (MUFG) memiliki saham di BDMN sebanyak 94,1% dari sebelumnya hanya 40%. Sementara porsi saham publik menjadi 6%.
Perihal investasi di BDMN, Chris menyarankan investor untuk melihar profil kepemilikan BDMN sekarang. Sebab, kepemilikan saham BDMN terbesar di pegang MUFG. "Profil perusahaan Jepang lebih mengedepankan pembagian dividen ketimbang selisih dari harga sahamnya. Karena itu, BDMN mungkin saja akan cenderung sideways," tambah Chris.
Baik Chris atau Suria sama-sama menyatakan jika laporan keuangan kuartal II BDMN yang nanti rilis mencatatkan kinerja lebih baik, hal itu dapat memicu kenaikan harga saham BDMN.
Sementara itu, Analis UOB Kay Hian Sekuritas Raphon Prima menilai, ia merekomendasi membeli BDMN dengan target harga Rp 5.800. Sebab, harga atau valuasi BDMN termasuk murah. Hal itu terlihat dari price to book value yang bernilai 1 kali dan di bawah rata-rata lima tahun yang mencapai 1,2 kali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News