Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir berencana mengumpulkan bisnis rumahsakit milik BUMN dalam satu holding.
Menanggapi hal tersebut, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani menyampaikan holding rumahsakit BUMN ini perlu dilihat lagi program dan bagaimana berjalannya holding tersebut.
"Karena terdiri dari perusahaan-perusahaan dengan culture perusahaan dan fokus perusahaan yang berbeda," katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (30/1).
Keberagaman ini yang menurut Hendriko sekaligus menjadi tantangan terbesar dalam proses holding.
Baca Juga: Akan ada holding rumahsakit BUMN, begini tanggapan emiten RS swasta
Jika holding terbentuk dan menghasilkan sesuai dengan perhitungan Menteri BUMN, maka hal ini bisa menjadi persaingan bagi emiten rumahsakit swasata.
Akan tetapi, jika dampak holding ternyata tidak signifikan, rumahsakit baik BUMN maupun swasta akan memiliki pangsa pasarnya masing-masing.
Sementara itu, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai efek pembentuk holding BUMN tidak terlalu signifikan. Ditambah lagi, perhitungan yang disampaikan di atas masih proyeksi ketika realisasi hasilnya belum tentu sama.
Sehingga, William melihat holding rumahsakit BUMN ini bukanlah suatu ancaman bagi emiten rumahsakit swasta.
"Performance emiten rumahsakit swasta tetap bisa bagus selama menang bersaing dengan BUMN, misalnya dari kualitas pelayanan dan kelengkapan fasilitas kesehatan," katanya ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (30/1).
Baca Juga: Holding BUMN farmasi dinilai tidak banyak pengaruhi persaingan bisnis farmasi
Untuk sektor rumahsakit, ia merekomendasikan saham MIKA, buy di kisaran harga Rp 2.600 hingga Rp 2.650 per saham dengan target harga Rp 3.000.
Hendriko juga merekomendasikan MIKA dengan target teknikal di kisaran harga Rp 2.650 hingga Rp 2.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News