kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Analis: Hold TOWR hingga akuisisi terjadi


Selasa, 03 Oktober 2017 / 21:32 WIB
Analis: Hold TOWR hingga akuisisi terjadi


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan kinerja PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) akan semakin membaik bila TOWR mengakuisisi PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) dan PT Komet Infra Nusantara (KIN). Niko Margaronis, Analis Ciptadana Sekuritas Asia mengatakan bila TOWR jadi mengakuisisi perusahaan ini, maka hal tersebut merupakan kesempatan bagus untuk mengembangkan cost transfer atau kinerja TOWR ke depan.

Namun, Niko mengatakan, keberhasilan TOWR dalam mengakuisisi perusahaan menara lain tergantung dari harga perusahanaan yang hendak menjual saham tersebut. "TOWR memang pernah bilang mereka ingin investasi dengan buying asset STP dan KIN, tetapi tergantung harga, kalau sekitar US$ 1 miliar, nah mungkin ini terlalu mahal, jadinya rencana ini masih tergantung," kata Niko, Selasa (3/10).

Niko memprediksikan, prospek TOWR ke depan masih positif. Sentimen yang mendukung adalah bila rencana akuisisi TOWR berlangsung. "TOWR termasuk perusahaan besar yang bisa dengan mudah mendapatkan pendanaan dibanding dengan perusahaan kecil," kata Niko.

Selain itu, rasio utang TOWR 1,2 kali dari EBITDA. Tantangan bagi TOWR ke depan adalah memperbaiki tingkat utang yang berkelanjutan mencapai tiga hingga lima kali bila TOWR jadi mengakusisi STP. "Di belakang imbal hasil yang tinggi dan neraca yang kuat, TOWR telah mendapat investment grade untuk utang suku bunga cukup rendah dan situasi ini ideal untuk akuisisi STP," kata Niko.

Di sisi lain, prospek pertumbuhan TOWR bisa terhambat jika ada konsolidasi antaroperator yang dapat mengurangi jumlah sewa menara. "Saat ini operator sedang perang harga, membuat harga semakin rendah dan hal ini berkaitan profit semakin menurun. Bila tidak ada profit, operator tersebut mulai mikir untuk konsolidasi," kata Niko. 

Namun, Niko memprediksikan sentimen negatif ini bisa terjadi dalam waktu jangka panjang. Dalam jangka pendek, sentimen positif bagi TOWR adalah lelang spektrum frekuensi. "Kalau TOWR bisa menambah frekuensi spektrum baru mungkin operator telekomunikasi lain bisa menambah permintaan untuk sewa menara," kata Niko.

Hingga akhir tahun, Niko memprediksikan pendapatan TOWR bisa mencapai Rp 5,31 triliun dengan laba bersih mencapai Rp 2,5 triliun. Niko merekomendasikan hold TOWR dengan target harga Rp 4.400 per saham. Target harga ini masih bisa berubah apabila TOWR jadi mengakuisisi perusahaan lain, menambah frekuensi, atau mendapat permintaan sewa dari ISAT.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×