kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.209   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.097   0,57   0,01%
  • KOMPAS100 1.061   -1,66   -0,16%
  • LQ45 834   -1,33   -0,16%
  • ISSI 215   0,18   0,08%
  • IDX30 426   -0,55   -0,13%
  • IDXHIDIV20 514   0,79   0,15%
  • IDX80 121   -0,21   -0,17%
  • IDXV30 125   -0,28   -0,22%
  • IDXQ30 142   -0,01   0,00%

Analis: Harga minyak mentah capai US$ 51 per barel


Jumat, 20 Oktober 2017 / 18:20 WIB
Analis: Harga minyak mentah capai US$ 51 per barel


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meredanya ketegangan di Timur Tengah serta prospek kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) berpotensi menyebabkan harga minyak mentah turun. Hingga akhir tahun, analis melihat harga komoditas ini bakal mencapai US$ 51 dengan kecenderungan turun.

Mengutip Bloomberg pada Jumat (20/10) pukul 18.15 WIB, harga minyak mentah west texas intermediate (WTI) untuk kontrak November 2017 turun 0,90% ke level US$ 50,83 per barel.

Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka memprediksi, harga minyak mentah WTI akan berada di US$ 51 per barel dengan kecenderungan menurun. Menurut dia, ketegangan di Timur Tengah akan mereda dan ada sinyal bagus dari bank sentral Amerika Serikat. "The Fed menaikkan suku bunga, dan sepertinya tidak jadi perang Irak dan Iran," jelas Ibrahim saat dihubungi KONTAN, hari ini.

The Fed nampaknya akan positif menjalankan December Hike Rate, atau menaikkan suku bunga pada akhir tahun ini untuk mendorong perekonomian AS. Sedangkan ketegangan antara Irak dan Iran yang dimaksud adalah ketegangan yang terjadi di lapangan minyak Kirkuk di Irak yang berasal dari serangan militan suku Kurdi yang menuntut kemerdekaan.

Iran telah menolak referendum yang diajukan Kurdi. Dengan demikian, Teheran berdiri bersama Baghdad lantaran demi menahan stabilitas area Timur Tengah tersebut. Ibrahim melihat hingga saat ini belum ada sentimen politik yang benar-benar akan menyebabkan perang kembali pecah. "Nyatanya, Kurdi dan Irak tidak perang," jelas Ibrahim.

Sedangkan mengenai tekanan AS pada sanksi yang akan diberikan pada Iran yang memiliki reaktor nuklir, Ibrahim melihat, sanksi yang digemborkan Trump akan hanya menjadi sebatas retorika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×