Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan politik antara Irak dengan Kurdi menyebabkan harga minyak melambung. Selain itu ada pula antisipasi pasar yang menanti peralihan kontrak berjangka. Bila terus terkerek, analis meyakini harganya dapat menembus US$ 55 per barel.
Selasa (17/10), pukul 17.00 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange diperdagangkan di level US$ 52,09. Angka ini naik 0,42% dari penutupan di hari sebelumnya. Dalam sepekan, harga minyak WTI ini naik 2,30%. "Di samping masalah geopolitik Timur Tengah dan fundamental, ada perubahan kontrak memasuki bulan November," jelas Direktur Garuda Berjangka Ibrahim saat dihubungi KONTAN, hari ini.
Ketegangan politik yang disebabkan oleh tuntutan kemerdekaan Kurdi dari Irak dapat menganggu pasokan yang berasal dari ladang Kirkuk. Pasar mengkhawatirkan pasokan sebanyak 275.000 barel per hari dapat terhambat. Irak adalah anggota OPEC dengan kapasitas ekspor minyak mentah terbesar dengan kemampuan kirim 4,47 juta barel per hari.
Selain itu, pasar juga melihat ketegangan dari Amerika Serikat terkait ancaman sanksi pada Iran akan reaktor nuklir milik negara Timur Tengah ini. "Padahal Iran juga salah satu negara penghasil minyak besar," kata Ibrahim.
Mengenai pergantian kontrak, Ibrahim menjelaskan, menjelang akhir bulan bakal terjadi pergantian kontrak yang dapat menyebabkan harga semakin mendaki. Pelaku pasar akan mengantisipasi harga kontrak November, dengan demikian pada minggu ini harga minyak mentah dapat mencapai US$ 52,50 per barel.
Secara teknikal, Ibrahim melihat arah harga minyak bakal terus bullish. Dia memperkirakan, harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 52,20-US$ 52,40 per barel untuk esok dan US$ 52,11-US$ 52,50 per barel pada sepekan ke depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News