kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45909,46   -17,27   -1.86%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Analis: Corona berpotensi menekan kinerja sektor ritel


Senin, 06 April 2020 / 14:13 WIB
Analis: Corona berpotensi menekan kinerja sektor ritel
ILUSTRASI. Pengunjung berbelanja di sebuah hipermarket di Bogor, Minggu (1/3/2020).


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran virus Corona (Covid-19) berpotensi menekan kinerja beberapa sektor. Salah satunya adalah emiten yang bergerak di sektor perdagangan kecil (ritel).

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Teuku Al Hafidh At Tirmidzi mengatakan, secara tidak langsung, penyebaran wabah Covid-19 membuat pengiriman logistik barang-barang impor terutama dari China akan terhambat.

Dus, emiten yang menjual produk impor terutama dari China akan terhambat dikarenakan menurunnya produksi barang di China. Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan berupa social distancing dan work from home (WHF) guna meminimalisir penyebaran virus ini.

Baca Juga: Kinerja Erajaya Swasembada (ERAA) bisa terdampak virus corona, begini saran analis

“Dengan adanya kebijakan tersebut akan mempengaruhi crowd atau traffic dari pusat perbelanjaan sehingga akan mempengaruhi penjualan sektor offline retail,” tulis Al Hafidh dalam risetnya, Kamis (2/4).

Samuel Sekuritas Indonesia memiliki tiga skenario penyebaran Covid-19, yakni best case scenario (laju pertumbuhan kasus baru Covid-19 di turun Bulan April 2020), base case scenario (jumlah kasus Covid-19 mengalami puncak pada bulan Ramadhan dan Lebaran), dan worst case scenario (laju pertumbuhan pasien tidak turun sampai dengan Oktober atau November 2020.

Apabila worse-case scenario terjadi, emiten di sektor retail berpotensi mengalami kesulitan dalam memenuhi pasokan persediaan. PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) misalnya, memiliki inventory turnover days yang lebih cepat dibandingkan emiten sektor retail, yakni selama 35 hari.

Hafidh memperkirakan FAST cukup sulit untuk memperbesar interval inventory days disebabkan karena perusahaan ini bergelut dalam bisnis makanan siap saji. Sedangkan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT MAP Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA) memiliki inventory turnover days yang lebih lama, masing-masing sebesar 231 hari dan 169 hari.

Adapun PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) masing-masing memiliki inventory turnover days sebesar 122 hari dan 82 hari.

Proyeksi Hafidh, Indeks penjualan riil (IPR) secara total diperkirakan mengalami kontraksi tahun ini. IPR makanan, minuman dan tembakau masih akan tumbuh positif, sementara IPR sandang akan mengalami pertumbuhan kontraksi yang semakin dalam.

Alhasil, Samuel Sekuritas memangkas proyeksi same store sales growth (SSSG) terhadap emiten sektor retail. Dengan menurunnya ekspektasi terhadap pertumbuhan konsumsi domestik dalam negeri dan indeks penjualan riil, Hafidh memangkas proyeksi SSSG beberapa emiten ritel tahun ini.

Baca Juga: Kinerja berpotensi loyo karena wabah corona, simak rekomendasi saham emiten ritel

Untuk ACES, Hafidh memangkas SSSG sebesar 650 basis points (bps) ke level 1,5% (sebelumnya 7%), MAPI sebesar 500 bps ke level 1% (sebelumnya 6%) dan SSSG RALS sebesar 110 bps ke level 0,4% (sebelumnya 1,5%).

Secara keseluruhan, Samuel Sekuritas Indonesia memberikan rekomendasi underweight untuk sektor retail. Rekomendasi ini diberikan dengan mempertimbangkan risiko investasi yang ada, yakni pertumbuhan ekonomi yang berada di bawah estimasi dan bahkan dapat terjadinya resesi, menurunnya konsumsi masyarakat secara signifikan, fluktuasi nilai tukar rupiah dan penyebaran Covid-19 yang terus terjadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×