Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Tahun 2017 mendatang, China mulai menerapkan penggunaan batubara berkalori tinggi demi mengurangi polusi akibat penggunaan batubara berkalori rendah.
Hal ini tentunya membuat emiten batubara Indonesia semakin terpukul mengingat pelaku industri ini banyak yang bermain di batubara berkalori rendah.
Tapi, sepertinya dampak kebijakan tersebut tidak akan mempengaruhi PT Harum Energy Tbk (HRUM). Bahkan, manajemen sudah mempersiapkan diri jika nantinya permintaan batubara berkalori tinggi, di atas 4.000 kkal/kg, justru membeludak seiring pemberlakuan kebijakan itu.
Soalnya, anak usaha HRUM yang diakuisisi pada jelang akhir 2012 lalu, PT Karya Usaha Pertiwi (KUP), ditargetkan segera beroperasi. "Mulai tahun depan mulai bisa beroperasi," ujar Ray Antonio Gunara, Direktur Utama HRUM, (15/11).
Manajemen masih enggan merinci terkait perkembangan eksplorasi KUP. Tapi, jika mengacu pada laporan keuangan perusahaan, bisa jadi saat ini HRUM masih mengurusi Izin Usaha Pertambangan (IUP) KUP yang akan habis masa kontraknya pada 6 Mei 2014 mendatang.
Hingga September 2013 lalu, juga ada biaya eksplorasi dan evaluasi yang ditangguhkan sehubungan dengan area of interest yang belum mencapai tahap produksi secara komersial di KUP senilai US$ 1,17 juta.
Sejauh ini, manajemen masih belum bisa mengetahui secara pasti berapa banyak cadangan batubara yang dimiliki di situs tambang milik KUP. "Tapi yang jelas, kalori batubara di situ tinggi, 5.800 kkal/kg hingga 6.400 kkal/kg," tukas Ray.
Sekadar menyegarkan kembali. HRUM mengakuisisi saham PT Karya Usaha Pertiwi (KUP) sebesar 50,5% dari PT Karya Wijaya Aneka Mineral pada Oktober 2012 lalu. Saat itu, nilai transaksinya sebesar US$ 2 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News