Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas anak usaha emiten energi dan tambang mencetak kinerja cemerlang dalam periode sembilan bulan 2024. Hasil ini membawa kontribusi positif untuk mendongkrak pendapatan maupun laba bersih emiten induknya.
Tengok saja emiten tambang yang terafiliasi Grup Bakrie dan Grup Salim, PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). Pendapatan BRMS melonjak 231,30% secara tahunan (year on year/YoY) dari US$32,74 juta menjadi US$108,47 juta hingga September 2024.
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Teknikal Saham BRMS, TAPG, SIDO untuk Rabu (4/12)
Pada periode yang sama, laba bersih BRMS meningkat 49,61% (YoY) dari US$10,46 juta menjadi US$15,65 juta. Direktur Utama Bumi Resources Minerals Agus Projosasmito mengungkapkan, ada dua faktor utama yang mendorong kinerja BRMS.
Pertama, produksi emas BRMS terus meningkat karena kandungan yang diproses lebih tinggi pada tahun ini. "Kedua, kenaikan harga jual emas di tahun 2024 juga berdampak positif terhadap kinerja keuangan Perusahaan,” kata Agus dalam rilis yang disiarkan Jumat (29/11).
Performa BRMS menopang pendapatan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang sedang mengalami penurunan penjualan batubara. Diversifikasi BUMI pun semakin kuat dengan lonjakan pendapatan dari segmen emas serta mulai mencatatkan pendapatan dari perak.
Direktur & Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava menyampaikan dalam jangka menengah, BUMI ingin meningkatkan kontribusi pendapatan dari segmen non-batubara, melalui BRMS.
"Kontribusi dari mereka diharapkan meningkat berdasarkan rencana dan potensi yang diumumkannya," kata Dileep kepada Kontan.co.id, Selasa (3/12).
Baca Juga: BUMI Kejar Kenaikan Produksi Batubara Jadi 80 Juta Ton pada Tahun 2025
Masih dari emiten yang terafiliasi dengan Grup Salim, lompatan lebih tinggi ditunjukkan oleh PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN). Emiten tembaga dan emas ini mengantongi penjualan sebesar US$2,49 miliar atau melonjak 116,52% (yoy).
Sementara laba bersih AMMN meroket setinggi 1.044,26% (YoY) ke level US$717,11 juta. Memiliki 20,91% saham AMMN, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) ikut menadah berkah atas lonjakan signifikan pendapatan dan laba bersih tersebut.
Kontribusi dari AMMN ikut mengangkat kinerja MEDC hingga kuartal III-2024. Sumbangan laba bersih dari AMMN mencapai US$ 129 juta, atau melonjak sebesar US$ 116 juta dari tahun sebelumnya.
Pertumbuhan kinerja top line dan bottom line juga dicapai oleh PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), anak usaha PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO).
Sementara itu, emiten jasa tambang milik taipan Low Tuck Kwong, PT Samindo Resources Tbk (MYOH) telah memetik hasil dari akuisisi terhadap PT Transkon Jaya Tbk (TRJA).
Bergeser ke emiten milik konglomerat lainnya, Prajogo Pangestu, laba bersih PT Petrosea Tbk (PTRO) menyusut ketika pendapatan mengalami kenaikan. Meski begitu, anak usaha PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) tersebut sedang agresif dalam meraih kontrak baru.
Baca Juga: IHSG Perkasa Ditopang Lonjakan Saham Emiten Prajogo Pangestu
Dari Grup Merdeka, PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA). Tampak dari lonjakan produksi nikel MBMA beserta proyek-proyek ekspansi yang sedang dikerjakannya.
Rekomendasi Saham
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer mengamati mayoritas anak usaha emiten tambang dan energi menunjukkan kinerja yang solid hingga kuartal III-2024. Performanya sesuai ekspektasi dalam mendukung induk usaha melakukan diversifikasi, ekspansi serta meningkatkan kontribusi terhadap pendapatan dan laba.
Junior Equity Analyst Pilarmas Investindo Sekuritas Arinda Izzaty Hafiya menambahkan, pertumbuhan kinerja anak usaha emiten tambang dan energi turut ditopang oleh kenaikan harga komoditas. Terutama pada segmen bisnis emas.
Sementara itu, program hilirisasi mineral dan industri baterai kendaraan listrik masih menjadi penyokong prospek ekspansi emiten nikel. Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa sepakat, pergerakan harga komoditas menjadi katalis penting pendongkrak kinerja emiten.
Heru melirik AMMN dan BRMS yang masih punya prospek menarik, lantaran harga emas masih berada di atas level US$ 2.600 per troi ons. Selain dari sisi komoditas, Heru menyoroti aksi emiten dalam mengembangkan usahanya.
Dia mencontohkan PTRO yang getol meraih kontrak baru, sehingga berpotensi mendongkrak kinerjanya di masa depan. "Kami menilai jika kegiatan operasional PTRO dapat dikelola dengan baik dan efisien, maka berpotensi meningkatkan profitabilitas ke depan," kata Heru kepada Kontan.co.id, Rabu (4/12).
Equity Research Analyst Panin Sekuritas Rizal Nur Rafly menyoroti AMMN, ADMR, MBMA dan BRMS yang mengusung strategi ekspansi yang cukup agresif. Dengan prospek dan keunggulan pada komoditasnya masing-masing, keempat saham tersebut layak dicermati.
Sebagai pilihan investasi, Rizal menjagokan ADMR dengan target harga di Rp 1.800 per saham. Investment Analyst Infovesta Capital Advisory Ekky Topan ikut melirik saham ADMR yang punya potensi bisnis, proyek ekspansi dan valuasi yang menarik.
Secara jangka pendek, saham ADMR berpotensi terpapar aksi induk usahanya, ADRO yang melepas PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI).
"Ada harapan saat IPO AADI saham ADMR bisa ikut mendapat sentimen positif," kata Ekky.
Sedangkan secara teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan, trading buy BRMS mencermati support Rp 390 dan resistance Rp 430 untuk target harga Rp 440 - Rp 450.
Selanjutnya, buy if break AMMN dengan support Rp 9.250, resistance Rp 9.775 untuk target harga Rp 10.000 - Rp 10.400.
Sementara Heru menyarankan trading buy AMMN dan buy on support BRMS, dengan target harga masing-masing di level Rp 9.950 - Rp 10.200 dan Rp 446 - Rp 450 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News