Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) baru saja mengeksekusi penerbitan emisi obligasi. Penawaran dilakukan pada 19 Juni, 20 Juni, dan 23 Juni 2014. Manajemen pemilik gerai Alfamart ini menargetkan mampu meraup Rp 1 triliun melalui aksi korporasi ini.
Meski masih enggan merinci angkanya, namun Anggara Hans Prawira selaku Presiden Direktur AMRT memastikan bahwa perolehan dana hasil obligasi itu sesuai target. "Oversubscribed tapi enggak sampai berkali-kali, sih. Yang jelas sesuai target," imbuhnya, (25/6).
Mengingatkan saja, obligasi ini merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) AMRT dengan total target dana yang ingin dihimpun mencapai Rp 2 triliun. Adapun, pada tahap pertama, nilai penerbitan sebesar Rp 1 triliun. Bunga obligasi berating AA- ini akan dibayar setiap triwulanan.
Mayoritas atau sekitar 70% dana obligasi akan digunakan untuk pembayaran kembali (refinancing) utang. Sedangkan, sisanya untuk modal kerja. Maklum saja, posisi rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) AMRT sudah cukup tinggi.
Hingga kuartal I 2014, posisi DER -nya ada di level 1,54 kali. Dengan percepatan pelunasan utang tersebut, maka posisi DER AMRT bakal menurun. Tahun ini, manajemen punya kebijakan untuk menjaga DER tidak melebihi 1,36 kali.
Yang perlu dicermati adalah, kupon obligasi yang ditawarkan lebih tinggi dari bunga utang bank yang bakal dibayar. Obligasi bertenor tiga tahun memiliki kupon 10%-10,75%. Sementara obligasi bertenor lima tahun berkupon 10,125%-10,875%.
AMRT berencana membayar utang kepada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 1,2 triliun. Bunga pinjamannya sebesar 9,25%. Lalu, fasilitas pinjaman dari PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 1 triliun punya bunga sebesar 9,6% per tahun.
Hans bilang, obligasi memang tidak lebih baik dari pinjaman bank. Namun, langkah manajemen untuk mengantisipasi adanya kenaikan suku bunga acuan. Apalagi, baru-baru ini mulai muncul sentimen yang mengarah pada potensi kenaikan suku bunga.
Sementara, kupon obligasi meski lebih tinggi tapi levelnya terus flat. "Jadi, memang tidak lebih baik, tapi kami juga ingin mengurangi risiko dari pinjaman bank," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News