Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) akan mengalihkan pasokan kemasannya dari dalam negeri ke luar negeri. Tiga negara yaitu Malaysia, Thailand, dan Vietnam disasar untuk memenuhi kebutuhan kemasan produk-produk Unilever karena harganya lebih murah.
Walau tidak menguntungkan bagi produsen kemasan lokal, namun sejumlah analis memandang kebijakan yang diambil UNVR akan positif terhadap kinerja perusahaan. Dengan harga yang lebih murah, maka Unilever bisa melakukan efisiensi.
Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia Ariana Susanti mengungkapkan, alasan UNVR melakukan kebijakan itu adalah karena produsen kemasan lokal kalah efisien dibanding perusahaan asing. Dia menyebutkan saat ini hanya ada tiga perusahaan lokal yang memasok kemasan ke UNVR, padahal tahun 2012 masih tercatat 12 perusahaan.
Dia mengatakan penyebab Industri kemasan dalam negeri kalah efisiensi antara lain karena bahan baku kemasan yang sebagian besar masih impor sehingga biaya yang dikeluarkan semakin mahal di tengah pelemahan rupiah.
Faktor lainnya adalah ongkos logistik yang mahal, kenaikan tarif dasar listrik, kenaikan harga bahan bakar minyak maupun gas bagi industri dan terakhir kenaikan upah minimum regional. Sementara perusahaan asing telah menggunakan mesin-mesin baru yang bisa menghasilkan produk lebih variatif dan murah.
Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Securitas mengatakan kebijakan baru UNVR tersebut tentu akan berdampak positif terhadap kinerja perseroan karena biaya yang dikeluarkan untuk kemasan menjadi lebih murah. “Pasti UNVR sudah mengkaji itu sebelum dia mengambil kebijakan tersebut,” kata Edwin pada KONTAN, Senin (8/6).
Menurut Edwin, hal itu merupakan salah satu strategi yang telah dipikikirkan secara matang oleh perseroan guna mendorong pertumbuhan kinerja. Hanya saja, dia melihat dampaknya tidak akan terlalu signifikan terhadap pertumbuhan UNVR hingga akhir tahun.
Terlepas dari kebijakan baru tersebut, Edwin memandang prospek bisnis UNVR ke depan masih cukup cerah. Meski ekonomi sedang melambat kebutuhan-kebutuhan untuk barang consumer tidak pernah padam. Terbukti, pada kuartal I Laba bersih perseroan masih tumbuh 16,9% seiring dengan pertumbuhan pendapatan 7,78%.
Senada, Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri menilai dampak kebijaka UNVR tersebut akan membawa dampak positif terhadap perseroan karena terjadi efisiensi dimana biaya yang dikeluarkan untuk kemasan akan lebih rendah.
Kendati demikian, Hans mengatakan kebijakan itu harus memperhatikan kurs. Tekanan nilai tukar bisa jadi membuat biaya yang dikeluarkan untuk impor kemasan tersebut justru produsen asing lebih mahal. “Jadi dampaknya tentu harus memperhatikan kurs ini,” ujarnya.
Hans melihat prospek UNVR masih cukup bagus dengan rekomendasi akumulasi beli di harga Rp 38.000. Sementara Edwin menargetkan penjualan UNVR hingga akhir tahun mencapai Rp39 triliun dan pendapatan bersih Rp 6,5 triliun. Dia merekomendasikan buy untuk saham UNVR dengan target harga wajar Rp 47.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News