Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Dalam pipeline obligasi dan sukuknya, BEI pun mencatat, masih ada 31 emisi surat utang yang akan diterbitkan oleh 24 perusahaan. Nilai emisi seluruh obligasi ini diperkirakan bisa lebih dari belasan triliun rupiah.
Kepala Riset Henan Putihrai Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, sebenarnya, likuiditas yang berlimpah di masyarakat tidak serta merta menjadi sinyal bahwa penerbitan saham maupun surat utang akan terserap maksimal oleh pasar. Pasalnya, kenaikan DPK tersebut lebih disebabkan oleh sikap konservatif sektor perbankan.
"Perbankan belum cukup yakin dan optimis terhadap potensi pertumbuhan ekonomi ke depannya karena penyebaran virus Covid-19 yang belum terkendali," kata Robertus saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (29/7).
Meskipun begitu, ia melihat aksi korporasi IPO dan penerbitan surat utang akan tetap menarik minat para investor. Pasalnya, baik saham maupun obligasi saat ini sudah memiliki segmen investornya masing-masing sehingga keduanya tidak akan saling mengerdilkan penyerapan emisi di pasar.
Baca Juga: Ini poin penting dalam RPOJK tentang Saham Hak Suara Multipel
Robertus juga melihat, investor pasar modal saat ini lebih agresif dalam berinvestasi di berbagai instrumen, khususnya saham. Hal itu tercermin dari investor retail domestik yang lebih mendominasi porsi transaksi saham harian.
Beberapa IPO saham terakhir juga dinilai berhasil menarik porsi investor retail yang lebih besar dari IPO sebelumnya. "Kondisi ini didorong oleh semakin banyaknya informasi yang dapat diakses, baik melalui media online, media sosial, dan juga ada pengaruh dari para influencer saham," tutur Robertus.
Sementara itu, penerbitan dan transaksi obligasi korporasi diyakini masih akan didominasi oleh investor institusi, mengingat nilai minimum investasinya yang tergolong besar. "Obligasi masih akan diminati oleh para manajer investasi dan dana pensiun karena memiliki kupon yang lebih tinggi dari deposito dan risiko gagal bayarnya cukup rendah apabila tergolong investment grade," kata Robertus.
Selanjutnya: Bakal ramai IPO dan rights issue jumbo, perhatikan peringatan berikut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News