Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar kripto kembali terpuruk dalam beberapa hari terakhir, terseret aksi jual besar-besaran yang dipicu ketidakpastian global dan meningkatnya rasa takut investor.
Mengutip CoinMarketCap pada Kamis (20/11/2025) pukul 19.47 WIB, Bitcoin (BTC) ambles 11,12% dalam sepekan ke US$ 91.709,24.
Ethereum (ETH) turun 13,87% ke US$ 3.017,46, XRP melemah 14,98% ke US$ 2,11, Solana (SOL) terkoreksi 9,67% ke US$ 141,48, dan Binance Coin (BNB) merosot 6,83% ke US$ 900,41.
Baca Juga: Pizza Hut (PZZA) Optimistis Kinerja Cemerlang pada 2026, Cek Rekomendasi Sahamnya
Indeks Fear & Greed juga jatuh ke zona extreme fear, mencerminkan meningkatnya kepanikan pelaku pasar.
Co-founder Cryptowatch dan Pengelola Channel Duit Pintar, Christopher Tahir, menilai koreksi tajam ini dipicu minimnya katalis positif serta lemahnya dukungan pelaku pasar.
Kondisi ini, menurutnya, membuka peluang pelemahan lanjutan. Pasar kripto lokal pun tidak terlepas dari tekanan global dan bergerak mengikuti tren bearish dunia.
Christopher memandang prospek perdagangan jangka pendek masih cenderung tertekan karena kepercayaan investor belum pulih.
Ia mencatat transaksi derivatif berpotensi meningkat di tengah kecenderungan penurunan ini, sementara Bitcoin berpeluang bergerak menuju kisaran US$ 75.000.
Karena itu, ia menilai strategi jangka pendek lebih relevan diterapkan saat ini.
“Untuk saat ini lebih baik transaksi jangka pendek saja di aset kripto manapun,” ujarnya.
Baca Juga: Indeks Dolar Menguat, Investor Mulai Berburu Aset Berbasis USD
Sementara itu, CEO dan Founder Finansialku, Melvin Mumpuni, menjelaskan tekanan kripto global berasal dari faktor makro, likuiditas, suku bunga, serta sentimen terhadap aset berisiko.
Fase extreme fear juga memicu likuidasi posisi leverage yang membuat harga jatuh lebih dalam.
“Prediksi bahwa bear market bisa berlanjut hingga 2026 tidak sepenuhnya tak berdasar,” tegasnya.
Melvin menyebut pasar kripto di Indonesia juga terdampak, terutama untuk aset utama seperti Bitcoin. Ke depan, ia melihat dua skenario:
- Skenario positif, adopsi kripto tetap tumbuh seiring regulasi yang makin jelas.
- Skenario negatif, harga berpotensi stagnan jika tekanan global terus berlanjut.
Baca Juga: Rupiah Tertekan Penguatan Dolar AS, Waspadai Potensi Risiko Jatuh ke Level Rp 17.000
Menurutnya, terdapat peluang akumulasi terbatas bagi investor tertentu.
“Saya pribadi melihat ada potensi akumulasi bitcoin dengan strategi buy on weakness,” ujarnya.
Namun, Melvin merevisi proyeksi harga akhir tahun Bitcoin menjadi sekitar US$ 86.000, turun dari estimasi sebelumnya di kisaran US$ 93.000–US$ 97.000.
Selanjutnya: Schneider Electric Hadirkan MCSet Digital untuk Keandalan Energi
Menarik Dibaca: Hasil Australian Open 2025, Sembilan Wakil Indonesia Melenggang ke Perempat Final
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













