Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Aksi jual global (global selloff) kembali menekan pasar keuangan dunia. Kekhawatiran mengenai valuasi saham-saham berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dinilai terlalu tinggi memicu pergeseran besar investor dari aset berisiko menuju aset aman (safe haven).
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, tekanan jual ini mendorong investor kembali ke instrumen yang dianggap paling stabil. “Aset yang dicari saat volatilitas melonjak adalah emas, US Treasury terutama tenor pendek serta mata uang safe haven seperti dolar AS dan yen Jepang,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (19/11/2025).
Menurutnya, kombinasi likuiditas tinggi dan minim risiko membuat aset tersebut menjadi tempat berlindung alami saat pasar terguncang.
Baca Juga: BI Pertahankan Suku Bunga, Rupiah Menguat ke Rp 16.708 per Dolar AS
Sutopo menilai durasi tren selloff sangat bergantung pada katalis utama yang memicu kepanikan pasar. “Tren ini bisa mereda jika laporan pendapatan Nvidia mampu membenarkan valuasi AI yang mahal, atau jika data inflasi dan tenaga kerja global menunjukkan penurunan yang meyakinkan,” jelasnya.
Namun, Sutop memperkirakan, aksi jual berpotensi berlanjut apabila The Fed kembali menegaskan sikap hawkish atau jika pasar melihat indikasi gelembung yang meletus di sektor teknologi.
Indonesia turut merasakan imbas dari gejolak global meski memiliki ketahanan domestik yang relatif kuat. Sutopo menilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berisiko terseret aksi jual asing dalam jangka pendek, terutama pada saham-saham berkapitalisasi besar.
“Rupiah juga bisa tertekan karena dolar AS menjadi buruan safe haven,” katanya.
Menurut Sutopo, Bank Indonesia kemungkinan perlu merespons melalui intervensi jika tekanan berlanjut, sementara pasar obligasi Indonesia ikut terdampak naiknya imbal hasil obligasi global.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat 0,26% ke Rp 16.708 per Dolar AS pada Rabu (19/11/2025)
Di tengah situasi ini, Sutopo menyarankan investor untuk tetap tenang dan fokus pada strategi jangka panjang. “Hindari panik. Selaraskan kembali alokasi aset dan pertahankan portofolio yang terdiversifikasi, termasuk menyimpan sebagian aset safe haven seperti kas atau obligasi,” tuturnya.
Ia menambahkan, koreksi tajam justru bisa menjadi peluang. “Ini momen untuk mengakumulasi saham fundamental kuat yang turun hanya karena sentimen, bukan karena bisnisnya memburuk,” imbuh Sutopo
Selanjutnya: Bukan Rp 29.000, Harga Wifi Murah Internet Rakyat Rp 100.000, Ini Link Pendaftaran
Menarik Dibaca: 7 Dampak Minum Soda Terlalu Banyak Bagi Tubuh
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













