Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih tertekan akibat penjualan asing. Dalam sepekan terakhir, mengutip data RTI, asing mencatat penjualan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar Rp 1,48 triliun.
Jika diakumulasikan penjualan asing sejaki awal tahun hingga Jumat (6/9) kemarin, maka transaski jual asing mencapai sebesar Rp 10,86 triliun. Sementara secara bulanan asing tercatat net sell sebesar Rp 6,81 Triliun.
Baca Juga: Kinerja indeks IDX30 melambat, reksadana berbasis indeks terdampak
Menurut Head of Research Infovesta Wawan Hendrayana, tren aksi jual oleh asing pada bursa Indonesia masih akan berlanjut tidak hanya hingga pekan depan melainkan hingga akhir tahun nanti.
Sentimen kemungkinan resesi Amerika Serikat (AS) masih menjadi sentimen utama yang secara fundamental mendorong asing melakukan aksi jual pada perdagangan pekan ini.
Bahkan sentimen ini tidak hanya menjadi sentimen mingguan, melainkan akan terus menjadi sentimen yang mempengaruhi pergerakan dana asing di Indonesia.
Dengan adanya sentimen ini membuat investor asing banyak memilih untuk menjual saham dan mengambil profit ketimbang membuat protofolio baru di sektor saham.
Selain sentimen resesi, sentimen ekpektasi penurunan suku bunga The Fed yang diprediksi akan kembali turun juga menjadi sentimen utama yang mempengaruhi gejolak dana asing. Pasalnya dengan adanya penurunan suku bunga membuat sektor obligasi lebih menarik ketimbang sektor saham.
“Saya si melihat trendnya salah satunya karena kekhawatiran resesi di Amerika. Jadi memang banyak dana asing yang mereka semacam play to safety, dijual dulu di saham, profit taking kalau memang sebagian sudah profit dan itu dananya ditahan dulu. Dana tersebut kemudian ada yang masuk ke obligasi, karena suku bunga sudah turun jadi obligasi dipandang lebih menarik.” Ujar Wawan kepada Kontan.co.id, Minggu (8/9).
Baca Juga: Ini kebiasaan malas yang bikin keuangan Anda berantakan
Adanya transaksi yang masuk dalam bentuk aksi beli oleh asing menurut Wawan baru mulai akan masuk kembali ke bursa Indonesia menjelang akhir tahun.
Analis Bina Artha Sekuritas Muhammad Nafan Aji melihat dominasi aksi jual asing yang saat ini sedang gencar terjadi juga dipengaruhi oleh habbit investing investor asing dan domestik.
Investor domestik menurut Nafan karena sudah mengerti pasar yang dituju melihat peluang harga saham dengan valuasi rendah dengan kecenderungan akumulasi beli.
Sedangkan investor asing cenderung menghindari aset yang berisiko, mencermati keadaan geopolitik, ekonomi dan sentimen resesi. Alih-alih menaruh uang pada produk investasi saham yang saat ini beresiko, investor asing cenderung memindahkan portofolionya ke sektor investasi lain seperti investasi emas.
Baca Juga: Jelang rilis data tenaga kerja AS, yield SUN berpotensi turun
Ke depan meskipun juga melihat trend aksi jual masih akan terus belanjut Nafan menuturkan dari faktor domestik harus terus menjaga stabilitas ekonomi yang berkesinambungan guna menjaga kestabilan perekonomian.
Terkait beberapa saham yang saat ini sedang banyak diakumulasi jual oleh asing seperti PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Wawan melihat hal ini dikarenakan oleh emiten tersebut sudah memberikan profit bukan karena saham-saham tersebut tidak lagi menarik bagi investor.
Pasalnya dari segi kinerja fundamental baik TLKM maupun PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga menunjukkan kinerja fundamental yang sangat baik.
Baik Wawan maupun Nafan melihat dibalik aksi jual asing yang saat ini mendominasi sirkulasi dana asing di Indonesia terdapat hikmah yang dapat dipetik.
Pasalnya dengan aksi jual asing atas beberapa saham justru memberikan tanda bagi investor domestik untuk mengakumulasikan saham yang dijual tersebut sekaligus memberikan kesempatan bagi pertumbuhan investor domestik.
Ke depan bagi investor yang hendak menambah portofolio menurut Wawan lebih baik fokus melihat kinerja fundamentalnya karena sentimen aksi jula merupakan sentimen jangka pendek.
Baca Juga: Empat saham naik paling tinggi pada perdagangan Kamis (5/9), begini kata analis
Aksi jual asiing menurut Wawan lebih ke sentimen jangka pendek. Investor tetap fokus pada fundamental saja. Dengan suku bunga turun saham-saham keuangan pasti paling menarik dalam jangka menengah. Di sektor telekomunikasi juga masih menunjukkan kinerja yang baik.
Selain TLKM, ISAT dan EXCL juga masih menunjukkan kinerja yang positif. Kemudian jika investor mau melakukan diversifikasi porotofolio dapat mulai melirik saham-saham properti yang memiliki landing besar ataupun market kelas atas seperti BSDE dan CTRA.
"Hal ini dikarenakan saham-saham properti masih memiliki valuasi yang rendah dan didukung oleh kebijakan pengurangan pajak properti mewah yang diberikan oleh Jokowi.” Jelas Wawan .
Di tengah gejolak aksi jual asing yang saat ini terjadi selain rekomendasi yang diberikan Wawan, Nafan juga merekomendasikan saham TLKM, SMGR, BBCA, BBNI, BBTN ADRO dan TINS untuk diakumulasikan oleh investor.
Adanya sentimen pemindahan ibukota dianggap menjadi angin segar yang memberikan peluang baru bagi sentimen-sentimen di sektor konstruksi.
Baca Juga: Masuk nominasi menteri angkatan darat di pemerintahan Trump (2)
Selain itu, adanya trend positif si dektor pertambangan juga membuat sektor ini layak dipertimbangkan pasalnya selain sedang dalam tahap uptrend saham seperti ADRO dan TINS juga masih memiliki valuasi dan PER yang menarik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News