Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) masih optimistis bisa mencapai pertumbuhan laba dengan level double digits. Usai melandai di kuartal pertama, AKRA menyiapkan strategi untuk mendongkrak kinerja keuangan dengan mengoptimalkan peluang bisnis di sisa tahun ini.
Sepanjang tiga bulan pertama 2024, top line dan bottom line AKRA kompak merosot. AKRA meraup total pendapatan senilai Rp 9,81 triliun, turun 10,41% ketimbang periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY) senilai Rp 10,95 triliun.
Secara bottom line, AKRA meraih laba bersih sebesar Rp 595,45 miliar pada kuartal I-2024. Keuntungan AKRA turun tipis 1,94% (YoY) dari posisi Rp 607,27 miliar pada kuartal I-2023.
Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo mengungkapkan penurunan kinerja AKRA di awal tahun ini disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah faktor cuaca dengan tingginya curah hujan yang membuat pelanggan AKRA mengerem produksi, khususnya di sektor pertambangan.
Baca Juga: Metropolitan Kentjana (MKPI) Akui Bisnis Sewa Gedung Perkantoran Membaik pada 2024
Kondisi itu memangkas permintaan terhadap produk yang didistribusikan AKRA.
"Dengan curah hujan yang sudah berkurang, kami percaya pelanggan akan mengejar produksi mereka. Jadi volume yang tadinya tertinggal bisa terkejar di kuartal berikutnya sampai akhir tahun," ungkap Haryanto dalam konferensi pers, Senin (29/4).
Haryanto kemudian membeberkan sejumlah pilar bisnis yang akan menopang pertumbuhan AKRA pada tahun ini. Pertama, AKRA peluang pertumbuhan di pilar bisnis perdagangan & distribusi. Pendorong utamanya adalah meningkatnya kebutuhan dari sektor pertambangan.
Guna menangkap peluang tersebut, AKRA terus memperkuat infrastruktur logistik termasuk dengan menambah kapal tanker, armada truk dan terminal distribusi.
"Untuk terus mendorong penjualan kepada pelanggan-pelanggan baru, terutama untuk tambang dan smelter baru yang ada di Indonesia timur," kata Haryanto.
Kedua, AKRA mengandalkan kontribusi dari penjualan lahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) Gresik. Pada tahun ini, AKRA menargetkan bisa menjual lahan seluas 130 hektare (ha), lebih tinggi ketimbang penjualan 91 ha pada tahun lalu.
Pada kuartal I-2024, AKRA baru membukukan penjualan lahan sebanyak 13 ha, turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang kala itu mencapai sekitar 20 ha. Meski begitu, Haryanto yakin AKRA bisa mengejar target penjualan lahan JIIPE pada sisa tahun ini seiring pertumbuhan industri dan hilirisasi.
"Ada potensial tenant yang sudah mengunjungi JIIPE lebih dari satu kali, bahkan sudah ada yang ketiga kalinya. Kami mengharapkan keputusan dengan cepat, sehingga optimistis target kami 130 ha bisa terpenuhi," imbuh Haryanto.
Baca Juga: Wintermar Offshore Marine (WINS) Raup Laba US$ 2,2 Juta pada Kuartal I-2024
Ketiga, seiring makin banyaknya tenant yang mengisi JIIPE, AKRA membidik pertumbuhan kontribusi dari pendapatan berulang (recurring income). Dalam hal ini AKRA akan menggenjot bisnis utilisasi, termasuk penjualan listrik, air, gas dan jasa pelabuhan.
AKRA pun menggarap Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk menangkap peluang dari kebutuhan listrik berbasis energi terbarukan. Selain itu, AKRA juga bekerja sama dengan BP untuk membangun terminal Liquefied Natural Gas (LNG).
Segmen bisnis lain yang akan menopang kinerja AKRA adalah perdagangan Bahan Bakar Minyak (BBM) melalui Stasiun Pengisian Bahan bakar Umum (SPBU) BP-AKR.
Direktur & Corporate Secretary AKR Corporindo Suresh Vembu menyatakan akan terus menambah jaringan pompa bensin BP-AKR dengan menggelar ekspansi dari 51 SPBU saat ini agar menjadi lebih dari 80 SPBU pada tahun 2024.
Guna memuluskan rencana bisnisnya di tahun ini, AKRA menyiapkan belanja modal (capex) sebesar Rp 600 miliar. Hingga kuartal I-2024, AKRA sudah merealisasikan sekitar Rp 200 miliar, yang antara lain dipakai untuk menambah armada kapal yang sudah dikirim pada Maret lalu.
Sementara itu, Haryanto mengklaim dampak dari eskalasi geopolitik dan fluktuasi harga komoditas tidak memberikan dampak signifikan bagi kinerja AKRA. Oleh sebab itu, eksekusi berbagai strategi bisnis tersebut akan beriringan dengan pengelolaan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah serta pass-through harga BBM.
Dengan begitu, Haryanto yakin AKRA bisa mengejar pertumbuhan laba bersih sebesar 12%-15%. "Sehingga sejauh ini kami tetap optimistis tahun 2024 bisa tumbuh double digits," tandas Haryanto.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin (29/4), AKRA memutuskan untuk membagi dividen sebesar Rp 125 per saham. Jumlah itu termasuk dua dividen interim yang sudah dibayarkan pada 16 Agustus 2023 sebesar Rp 50 per saham dan Rp 25 per saham pada 15 November 2023.
Sedangkan sisa dividen Rp 50 per saham akan dibayar pada 27 Mei 2024. Adapun, total dividen Rp 125 per saham itu setara dengan Rp 2,46 triliun atau 88,7% dari laba bersih AKRA tahun 2023 senilai Rp 2,78 triliun, dan mencerminkan dividen yield sebesar 7,8%.
Dari sisi pergerakan saham, pada perdagangan Senin (29/4), AKRA menguat 3,12% ke level Rp 1.650 per saham.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer melihat AKRA masih punya potensi untuk tumbuh pada tahun ini, sehingga sahamnya layak dikoleksi lewat strategi buy on weakness dengan target harga terdekat di Rp 1.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News