Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Sementara itu, Haryanto mengklaim dampak dari eskalasi geopolitik dan fluktuasi harga komoditas tidak memberikan dampak signifikan bagi kinerja AKRA. Oleh sebab itu, eksekusi berbagai strategi bisnis tersebut akan beriringan dengan pengelolaan terhadap pergerakan nilai tukar rupiah serta pass-through harga BBM.
Dengan begitu, Haryanto yakin AKRA bisa mengejar pertumbuhan laba bersih sebesar 12%-15%. "Sehingga sejauh ini kami tetap optimistis tahun 2024 bisa tumbuh double digits," tandas Haryanto.
Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin (29/4), AKRA memutuskan untuk membagi dividen sebesar Rp 125 per saham. Jumlah itu termasuk dua dividen interim yang sudah dibayarkan pada 16 Agustus 2023 sebesar Rp 50 per saham dan Rp 25 per saham pada 15 November 2023.
Sedangkan sisa dividen Rp 50 per saham akan dibayar pada 27 Mei 2024. Adapun, total dividen Rp 125 per saham itu setara dengan Rp 2,46 triliun atau 88,7% dari laba bersih AKRA tahun 2023 senilai Rp 2,78 triliun, dan mencerminkan dividen yield sebesar 7,8%.
Dari sisi pergerakan saham, pada perdagangan Senin (29/4), AKRA menguat 3,12% ke level Rp 1.650 per saham.
Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer melihat AKRA masih punya potensi untuk tumbuh pada tahun ini, sehingga sahamnya layak dikoleksi lewat strategi buy on weakness dengan target harga terdekat di Rp 1.700 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News