Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan saham emiten batubara masih beragam. Namun, barisan saham emiten batubara berskala jumbo sedang menanjak, setidaknya hingga separuh jalan perdagangan hari ini, Kamis (7/3).
Memasuki sesi II perdagangan hari ini, harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) kompak naik lebih dari 1%. Harga saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) bahkan melejit 3,33% hingga pukul 13: 53 WIB.
Sejumlah analis memprediksi, prospek kinerja emiten batubara akan lebih apik pada tahun ini, usai kompak layu pada tahun lalu. Merosotnya performa keuangan emiten batubara setidaknya tergambar dari sejumlah emiten berskala besar yang sudah merilis kinerja tahun buku 2023.
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengamati penurunan kinerja emiten batubara pada tahun 2023 sesuai ekspektasi pasar. Penyebabnya adalah merosotnya tren harga batubara global, yang memangkas harga jual rata-rata atau Average Selling Price (ASP) para emiten.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten Batubara di Tengah Potensi Kinerja Moncer
"Penurunan laba disebabkan penjualan pada skala ekspor masih tertekan karena harga batubara turun. Tetapi dari segi permintaan masih kuat, sehingga hanya butuh waktu bagi emiten batubara untuk recovery dalam menghadapi volatilitas komoditas," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Rabu (6/3).
Hendra pun melihat ruang pertumbuhan kinerja bagi emiten batubara terbuka pada tahun ini, meski dengan level kenaikan yang tidak sesignifikan tahun 2022 lalu. Di samping potensi tingginya permintaan dari China, India dan Hongkong, harga batubara di awal tahun ini juga relatif tinggi pada area US$ 120 - US$ 130 per ton.
Hendra memproyeksikan harga batubara bisa melaju ke level US$ 150 per ton. "Katalis positif seperti ini tentu bisa mendorong emiten-emiten batubara untuk bertumbuh di tahun 2024," imbuhnya.
Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia Axell Ebenhaezer turut melihat peluang bagi emiten batubara untuk mendongkrak kinerja pada tahun ini, setidaknya dari sisi pendapatan. Sebab, untuk capaian laba bersih akan tergantung dari masing-masing emiten yang mengontrol biaya maupun beban operasionalnya.
Axell juga menyoroti strategi para emiten batubara dalam menggelar ekspansi dan menjaga keberlanjutan usahanya. Hal ini tampak dari alokasi capex yang juga ditujukan untuk diversifikasi ke bisnis energi terbarukan (green energy) dan merambah komoditas mineral seperti nikel.
Capex dan Target Produksi Emiten
Dari pedoman kinerja tahun 2024 yang sudah dirilis, sejumlah emiten batubara cukup agresif mengerek volume produksi dan penjualan. Sejumlah emiten batubara berskala jumbo juga mendongkrak alokasi belanja modal (capital expenditure/capex) untuk menopang bisnis inti sembari menggenjot ekspansi.
Tengok saja ITMG yang membidik produksi sebanyak 19,5 juta ton - 20,2 juta ton batubara pada tahun ini. Melonjak dibandingkan volume produksi batubara ITMG tahun lalu yang berjumlah 16,9 juta ton.
ITMG juga mengejar kenaikan volume penjualan batubara dari 20,9 juta ton pada 2023, menjadi 24,9 juta ton - 25,6 juta ton pada tahun ini. Selain itu, ITMG menambah alokasi capex menjadi US$ 96,5 juta. Naik cukup signifikan dibandingkan realisasi capex ITMG tahun lalu sebesar US$ 45,1 juta.
Selanjutnya, ada PT Bayan Resources Tbk (BYAN) yang mengincar volume produksi batubara pada rentang 55 juta ton - 57 juta ton. Target volume penjualan batubara pada tahun ini juga terjaga pada level tersebut.
Target itu lebih tinggi ketimbang produksi batubara pada 2023 sebanyak 49,7 juta ton dan volume penjualan sebesar 47,2 juta ton. Emiten milik taipan Low Tuck Kwong ini juga mengerek anggaran capex dari realisasi US$ 219,9 juta pada 2023 menjadi US$ 230 juta - US$ 260 juta pada tahun ini.
Emiten batubara jumbo lain yang telah merilis panduan untuk tahun ini adalah ADRO, yang membidik volume penjualan sebesar 65 juta - 67 juta ton. Terdiri dari 61 juta - 62 juta ton batubara termal, dan 4,9 juta - 5,4 juta ton batubara metalurgi melalui PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).
Sebagai perbandingan, volume penjualan batubara Grup Adaro pada tahun lalu sebesar 65,71 juta ton. Emiten milik konglomerat Garibaldi "Boy" Thohir turut mengerek anggaran capex tahun ini menjadi US$ 600 juta - US$ 700 juta, berbanding realisasi US$ 648 juta pada 2023.
Baca Juga: Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) Berkongsi Dengan Cokal Limited
Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira menyampaikan alokasi capex tahun ini akan digunakan untuk investasi pada alat berat dan tongkang, infrastruktur PT Maruwai Coal, serta pembangunan smelter aluminium dan fasilitas pendukungnya.
"Kebutuhan untuk capex dapat dipenuhi secara internal karena Adaro memiliki neraca dan posisi kas yang kuat," kata Nadira kepada Kontan.co.id, Rabu (6/3).
BUMI juga mengambil ancang-ancang untuk mendongkrak produksi. Director & Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava mengungkapkan volume produksi batubara tahun ini diproyeksikan antara 80 juta - 82 juta ton. Meningkat dibandingkan realisasi tahun lalu yang diestimasikan sekitar 78 juta ton.
Sementara untuk anggaran capex BUMI terjaga pada level US$ 80 juta - US$ 100 juta. "Namun jika harga batubara naik, kami dapat mempertimbangkan lebih banyak belanja modal untuk eksplorasi," ujar Dileep.
Rekomendasi Saham
Meski begitu, Axell mengingatkan agar pelaku pasar tetap selektif jika ingin mengoleksi saham batubara. Sementara ini, Axell lebih menyarankan untuk hold terlebih dulu ketimbang mengambil posisi beli. Axell menyarankan hold untuk saham ITMG.
Sedangkan Hendra menilai musim pembagian dividen bakal menjadi sentimen positif bagi saham batubara, khususnya yang menebar dividen jumbo. Hendra pun menyematkan rekomendasi buy untuk saham PTBA dengan target harga di Rp 3.070 dan stoploss pada Rp 2.610.
Hendra juga merekomendasikan buy saham ITMG (target harga Rp 29.600 dan stoploss Rp 26.400). Kemudian buy ADRO (target harga Rp 2.970 dan stoploss di Rp 2.600). Saham emiten terkait batubara, PT United Tractors Tbk (UNTR) juga layak koleksi dengan target harga Rp 26.800 dan stoploss di Rp 23.500.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengamati secara teknikal pergerakan harga komoditas batubara dan indeks saham sektor energi (IDX Energy) masih berada dalam fase uptrend. Herditya pun mengamati sejumlah saham batubara yang menarik dilirik.
Herditya merekomendasikan trading buy untuk saham ADRO (support: Rp 2.640, resistance: Rp 2.880, target harga: Rp 2.790 - 2.850). Kemudian buy on weakness saham ITMG (support: Rp 26.600, resistance: Rp 27.825, target harga: Rp 28.250).
Rekomendasi lainnya, speculative buy untuk saham BUMI (support: Rp 88, resistance: Rp 95, target harga: Rp 103 - Rp 113) dan PTBA (support: Rp 2.690, resistance: Rp 2.850, target harga: Rp 2.920 - Rp 3.000).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News