Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli
Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda memandang bahwa adanya wacana pemangkasan suku bunga acuan akan menjadi dampak sekaligus berita yang bagus untuk sektor properti. Sebab, pemangkasan suku bunga akan meringankan beban bunga masyarakat dalam membayarkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Suku bunga dipangkas juga menjadi daya tarik untuk masyarakat yang ingin mengambil kredit KPR, ditambah lagi dukungan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk rumah harga di bawah Rp2 miliar.
“Adanya dukungan dari pemerintah dari sisi perpajakan dapat mendorong pertumbuhan pada sektor properti. Selain itu, pemangkasan suku bunga dapat membuka peluang untuk properti,” kata Vicky kepada Kontan.co.id, Jumat (29/3).
Di sisi lain, Vicky mengantisipasi tantangan untuk emiten properti dari adanya penurunan anggaran rumah subsidi FLPP. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) adalah dukungan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham TLKM, ADMR, dan SMRA dari Ajaib Sekuritas, Senin (26/2)
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalokasikan KPR subsidi FLPP sebanyak 166 ribu unit rumah dengan anggaran Rp13,7 triliun di tahun 2024. Jumlah itu turun dibandingkan alokasi di 2023 sebesar 229 ribu unit dengan anggaran Rpp26,3 triliun.
Di samping itu, lanjut Vicky, perlu diperhatikan adanya ketidakpastian global yang masih terjadi hingga saat ini dapat menjadi tantangan. Serta, tantangan dari peningkatan harga bahan baku yang akan berdampak pada harga dan penjualan rumah.
Kiwoom Sekuritas mencermati, emiten pilihan di sektor properti yakni SMRA, PWON, MTLA, serta CTRA. Hal itu karena SMRA, PWON dan MTLA mencatatkan hasil positif di tahun 2023 dari sisi pendapatan maupun laba. Sementara CTRA masih menghasilkan pertumbuhan laba, meski pendapatan menurun.
Vicky menyarankan Trading Buy untuk SMRA dan PWON dengan target harga masing-masing sebesar Rp 565 per saham dan Rp 448 per saham. MTLA disarankan wait and see terlebih dahulu, sedangkan CTRA dapat buy on weakness dengan target harga Rp 1.355 per saham.
“Keempat emiten tersebut memiliki prospek yang diperkirakan cerah di tahun ini,” imbuh Vicky.
Baca Juga: Pasca Pilpres 2024, Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Jagoan Analis
Sementara itu, Ciptadana Sekuritas mempertahankan peringkat overweight untuk sektor properti. Selain faktor suku bunga rendah, sektor properti akan terbantu insentif PPN DTP untuk pembelian rumah dengan harga antara Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar, sehingga bisa merangsang daya beli masyarakat.
Untuk diketahui, pengiriman yang dilakukan mulai 1 Januari hingga 30 Juni 2024, maka besaran PPN DTP yang diberikan sebesar 100% dari PPN yang terutang dari dasar pengenaan pajak (DPP) sampai dengan Rp2 miliar dengan harga jual maksimal Rp5 miliar.
Kemudian, untuk pengiriman tanggal 1 Juli hingga 31 Desember 2024, pemerintah memberikan PPN DTP sebesar 50% dari PPN yang terutang dari DPP sebanyak-banyaknya Rp2 miliar dengan harga jual maksimal Rp5 miliar.
Secara keseluruhan, Yasmin menyukai pengembang properti yang menawarkan berbagai jenis properti hunian, seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Selain itu, PWON juga disukai karena pertumbuhan pendapatan berulang tahunannya yang solid.
Yasmin merekomendasikan Buy untuk BSDE dan SMRA dengan target harga masing-masing sebesar Rp 1.370 per saham dan Rp 940 per saham. Sementara PWON disarankan Buy dengan target harga Rp 560 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News