kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.859   80,00   0,50%
  • IDX 7.150   -11,12   -0,16%
  • KOMPAS100 1.093   -1,00   -0,09%
  • LQ45 868   -3,93   -0,45%
  • ISSI 217   0,69   0,32%
  • IDX30 444   -2,38   -0,53%
  • IDXHIDIV20 535   -4,64   -0,86%
  • IDX80 125   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 134   -1,36   -1,00%
  • IDXQ30 148   -1,16   -0,78%

Ada Sentimen Insentif Pajak & Pemangkasan Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham Properti


Minggu, 31 Maret 2024 / 17:26 WIB
Ada Sentimen Insentif Pajak & Pemangkasan Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham Properti
ILUSTRASI. Proyek pembangunan properti?hunian tapak di Depok. Jawa Barat, Rabu (23/11/2022). Ada Sentimen Insentif Pajak & Pemangkasan Suku Bunga, Cek Rekomendasi Saham Properti


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemangkasan suku bunga acuan bakal menjadi pendukung saham sektor properti pada tahun 2024. Di samping itu, insentif pembelian rumah dari pemerintah dapat merangsang minat masyarakat beli properti.

Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa menilai bahwa suku bunga yang lebih rendah bakal mendorong pembeli rumah pada tahun 2024. Hal itu karena Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan menurunkan bunga acuan dari saat ini 6,0% menjadi 5,5% secepatnya di semester kedua 2024.

Menurut Yasmin, suku bunga acuan dan suku bunga hipotek yang rendah akan mendorong pembelian rumah karena skema pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) masih menjadi pilihan konsumen dalam pembelian rumah primer di Indonesia.

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham Indocement (INTP) yang Bidik Penjualan Naik 10% di 2024

Pada kuartal IV-2023, pembayaran KPR menyumbang 75,89% dari total pembiayaan, disusul dengan cicilan tunai dengan porsi 17,24% dan tunai sebesar 6,73%.

Persentase pembayaran hipotek tersebut agak stabil di tengah kenaikan suku bunga pada tahun 2023 seiring tidak adanya kenaikan suku bunga KPR yang signifikan, meski BI sudah menaikkan tarif hingga 6,0%.

“Oleh karena itu, kami optimis bahwa permintaan rumah akan meningkat pada tahun ini sejalan dengan ekspektasi suku bunga yang lebih rendah,” ungkap Yasmin dalam riset 27 Februari 2024.

Yasmin melihat, meskipun pertumbuhan PDB lebih lambat pada tahun 2023 lalu, permintaan properti di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan solid. Hal itu terlihat dari meningkatnya jumlah kredit yang diberikan untuk properti (termasuk ruko) yang dicatat oleh Bank Indonesia.

Baca Juga: Prospek PWON Didorong Masifnya Ekspansi

Total hipotek properti yang belum dibayar meningkat sebesar 12,0% Year on Year (YoY) pada Desember 2023, terutama ditopang oleh Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang tumbuh solid 12,5% YoY menjadi Rp660 triliun. Sementara Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) mengalami kenaikan 5,7% YoY, mencapai Rp30 triliun.

Berdasarkan nilai, KPR/KPA masing-masing tumbuh 10,6% dan 5,6% YoY di tahun 2023, sehingga membawa pertumbuhan total pinjaman menjadi 9,7% YoY.

Ciptadana Sekuritas mengamati, KPR telah berada pada tren kenaikan yang kuat sejak pertengahan 2022, sehingga mencerminkan permintaan yang kuat terhadap rumah tapak. Dibandingkan dengan KPR, pertumbuhan total KPA yang beredar relatif stagnan pada tahun 2023 dan belum mencapai tingkat sebelum COVID 19.

“Kami percaya bahwa peningkatan permintaan perumahan, khususnya rumah tapak, akan terus melebihi perumahan bertingkat, dengan perumahan di luar Central Business District (CBD) menjadi jauh lebih menarik dibandingkan apartemen,” tutur Yasmin.

Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Vicky Rosalinda memandang bahwa adanya wacana pemangkasan suku bunga acuan akan menjadi dampak sekaligus berita yang bagus untuk sektor properti. Sebab, pemangkasan suku bunga akan meringankan beban bunga masyarakat dalam membayarkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Suku bunga dipangkas juga menjadi daya tarik untuk masyarakat yang ingin mengambil kredit KPR, ditambah lagi dukungan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk rumah harga di bawah Rp2 miliar.

“Adanya dukungan dari pemerintah dari sisi perpajakan dapat mendorong pertumbuhan pada sektor properti. Selain itu, pemangkasan suku bunga dapat membuka peluang untuk properti,” kata Vicky kepada Kontan.co.id, Jumat (29/3).

Di sisi lain, Vicky mengantisipasi tantangan untuk emiten properti dari adanya penurunan anggaran rumah subsidi FLPP. Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) adalah dukungan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan kepada Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Baca Juga: Cek Rekomendasi Saham TLKM, ADMR, dan SMRA dari Ajaib Sekuritas, Senin (26/2)

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalokasikan KPR subsidi FLPP sebanyak 166 ribu unit rumah dengan anggaran Rp13,7 triliun di tahun 2024. Jumlah itu turun dibandingkan alokasi di 2023 sebesar 229 ribu unit dengan anggaran Rpp26,3 triliun.

Di samping itu, lanjut Vicky, perlu diperhatikan adanya ketidakpastian global yang masih terjadi hingga saat ini dapat menjadi tantangan. Serta, tantangan dari peningkatan harga bahan baku yang akan berdampak pada harga dan penjualan rumah.

Kiwoom Sekuritas mencermati, emiten pilihan di sektor properti yakni SMRA, PWON, MTLA, serta CTRA. Hal itu karena SMRA, PWON dan MTLA mencatatkan hasil positif di tahun 2023 dari sisi pendapatan maupun laba. Sementara CTRA masih menghasilkan pertumbuhan laba, meski pendapatan menurun.

Vicky menyarankan Trading Buy untuk SMRA dan PWON dengan target harga masing-masing sebesar Rp 565 per saham dan Rp 448 per saham. MTLA disarankan wait and see terlebih dahulu, sedangkan CTRA dapat buy on weakness dengan target harga Rp 1.355 per saham.

“Keempat emiten tersebut memiliki prospek yang diperkirakan cerah di tahun ini,” imbuh Vicky.

Baca Juga: Pasca Pilpres 2024, Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Jagoan Analis

Sementara itu, Ciptadana Sekuritas mempertahankan peringkat overweight untuk sektor properti. Selain faktor suku bunga rendah, sektor properti akan terbantu insentif PPN DTP untuk pembelian rumah dengan harga antara Rp 2 miliar hingga Rp 5 miliar, sehingga bisa merangsang daya beli masyarakat.

Untuk diketahui, pengiriman yang dilakukan mulai 1 Januari hingga 30 Juni 2024, maka besaran PPN DTP yang diberikan sebesar 100% dari PPN yang terutang dari dasar pengenaan pajak (DPP) sampai dengan Rp2 miliar dengan harga jual maksimal Rp5 miliar.

Kemudian, untuk pengiriman tanggal 1 Juli hingga 31 Desember 2024, pemerintah memberikan PPN DTP sebesar 50% dari PPN yang terutang dari DPP sebanyak-banyaknya Rp2 miliar dengan harga jual maksimal Rp5 miliar.

Secara keseluruhan, Yasmin menyukai pengembang properti yang menawarkan berbagai jenis properti hunian, seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Selain itu, PWON juga disukai karena pertumbuhan pendapatan berulang tahunannya yang solid.

Yasmin merekomendasikan Buy untuk BSDE dan SMRA dengan target harga masing-masing sebesar Rp 1.370 per saham dan Rp 940 per saham. Sementara PWON disarankan Buy dengan target harga Rp 560 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek)

[X]
×