Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian global yang masih berkepanjangan karena memanasnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China serta dimulainya era suku bunga rendah menyebabkan volatilitas dan tekanan di pasar keuangan global meningkat termasuk Indonesia. Hal itu membuat pelaku pasar dan investor semakin berhati-hati dalam mencari pendanaan dari pasar keuangan baik melalui penerbitan saham maupun emisi obligasi.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan memasuki awal September, PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) menjadi perusahaan ke-33, yang mencatatkan saham perdana di bursa saham Indonesia. Perusahaan itu resmi mencatatkan saham perdana melalui initial public offering (IPO) dengan melepas 733 juta saham seharga Rp 396 per saham, sehingga total perolehan dana mencapai Rp 290 miliar.
Kemudian, diikuti dengan pencatatan obligasi berkelanjutan Indonesia Eximbank IV sebesar Rp 1, 018 triliun dan sukuk mudharabah berkelanjutan Indonesia Eximbank I 2019, sebesar Rp 150 miliar, yang diterbitkan oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia. Sehingga total emisi obligasi dan sukuk yang sudah tercatat hingga awal September 2019, mencapai 73 emisi dari 41 emiten dengan total nilai emisi mencapai Rp 86,1 triliun.
Baca Juga: Mandiri Sekuritas memprediksi peringkat utang Indonesia naik tahun depan
Direktur Utama PT Bahana Sekuritas Feb Sumandar menyatakan saat tren suku bunga turun, biasanya pasar saham menjadi semakin menarik.
"Akan tetapi, hal itu belum maksimal terjadi di pasar keuangan domestik karena para investor masih khawatir terhadap volatilitas yang ada, terutama karena banyak diakibatkan oleh faktor eksternal," ujar Feb melalui keterangan tertulisnya, Selasa (10/9).
Feb menambahkan beberapa emiten yang tadinya berencana menerbitkan saham ataupun obligasi juga masih menahan diri karena khawatir bila nanti diterbitkan, tidak mampu diserap oleh pasar.
Berdasarkan catatan Bahana, bila dibandingkan dengan pencapaian tahun lalu hingga akhir September 2018, ada 37 perusahaan yang mencatatkan saham perdana di BEI. Sementara, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat mencapai 63 emisi dari 41 perusahaan dengan total nilai sebesar Rp 77,71 triliun.
Tahun lalu, bank sentral melakukan pengetatan moneter secara bertahap demi menjaga defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman.
Baca Juga: JP Morgan ciptakan indeks yang mengukur efek tweet Trump ke pasar finansial
Sejak Mei 2018, BI secara bertahap menaikkan suku bunga acuan atau BI 7-day reserve repo rate (RRR) dari 4,25%, menjadi 6%, yang bertahan hingga Juni 2019. Sejak Juli, BI mulai mengambil langkah pelonggaran moneter dengan memotong BI 7-day RRR masing-masing sebesar 25 basis points (bps) selama dua bulan berturut-turun menjadi 5,5%, demi mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Menurut Feb dalam kondisi sekarang ini, pasar keuangan memerlukan adanya instrumen pembiayaan alternatif yang dapat membuat investor yakin untuk berinvestasi. Maka, ketika kondisi pasar keuangan tengah diliputi volatilitas tetap tidak akan terkena dampaknya dengan hadirnya instrumen pembiayaan alternatif.
"Sepertinya misalnya menerbitkan reksadana penyertaan terbatas (RDPT) ataupun kontrak investasi kolektif efek beragun asset (KIK EBA)," tambah Feb.
Sebagai contoh, pada Kamis (5/9) minggu lalu, Bukopin mencatat kontrak investasi kolektif efek beragun asset (KIK EBA) Bahana Bukopin Kumpulan Tagihan Kredit Pensiunan yang Dialihkan Kelas A1, dengan nilai emisi mencapai Rp 480,40 juta, dengan tingkat bunga sebesar 9,25%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News