Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mandiri Sekuritas memprediksi, peringkat utang Indonesia akan naik ke BBB+ pada 2020. Sebelumnya, lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) telah menaikkan peringkat utang Indonesia dari BBB- menjadi BBB pada Mei 2019.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto mengatakan, prediksinya atas peningkatan peringkat utang ini didorong oleh kebijakan fiskal dan moneter Indonesia yang menurut dia prudent. Contohnya, pemerintah merevisi budget defisit terhadap pertumbuhan ekonomi tahun 2020 menjadi 1,76%, dari 1,93% pada 2019.
“Angka 1,76% ini penting karena isu utama Indonesia di utang adalah primary balance deficit. Artinya, untuk membayar bunga saja, pemerintah harus berutang,” kata dia, Senin (9/9).
Baca Juga: Berikut prediksi tingkat imbal hasil lelang SUN hari ini
Menurut dia, delapan indikator variabel utang tahun depan akan membaik dibanding 2019, khususnya dari sisi defisit neraca berjalan atawa current account deficit (CAD) dan government fiscal balance. Dengan perbaikan CAD ini, ia percaya bahwa rupiah akan stabil sehingga dapat semakin menarik minat investor asing.
“Karena dengan risiko nilai tukar yang rendah, yield obligasi jadi menarik. Tentu dana asing akan masuk,” ucap dia. Ia memprediksi, yield obligasi Indonesia untuk tenor 10 tahun pada 2020 akan turun ke 6,25%-6,5%, lebih rendah dari tahun ini yang sebesar 6,75%-7%. Asal tahu saja, penurunan yield berkebalikan dengan harga obligasi. Jika yield turun, maka harga obligasi akan naik.
Baca Juga: Unitlink pendapatan tetap raih imbal hasil positif tipis 0,25% di bulan Agustus
Sebagai informasi, obligasi pemerintah sepanjang Januri-Agustus 2019 mencatatkan return 10%. Padahal, pada Januari-Agustus 2018, return obligasi pemerintah justru minus 5%. Menurut Handy, kenaikan return ini disebabkan oleh penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia sebanyak dua kali, dari 6% ke 5,75% lalu 5,5%. “Kalau BI rate turun, semua suku bunga turun termasuk yield surat utang negara. Akibatnya harga obligasi naik, jadi secara return bisa lebih tinggi daripada yield yang ditawarkan," kata Handy.
Dari obligasi Rp 257,2 triliun yang dikeluarkan pemerintah sepanjang Januari-Agustus 2019, asing berkontribusi sebesar 46,23% pembelian tersebut. Hal ini terjadi karena di tengah kondisi ekonomi global yang bergejolak akibat perang dagang Amerika Serikat-China, pasar Indonesia masih lebih baik dibanding negara berkembang lainnya. Pasalnya, sebanyak 50%-60% perekonomian Indonesia digerakkan oleh konsumsi domestik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News