Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. MSCI Inc mengumumkan daftar terbaru saham-saham yang menjadi anggota MSCI Small Cap Indonesia Index. Selain memasukkan enam saham yang turun kelas dari MSCI Global Indonesia Index, perusahaan ini juga memasukkan empat saham yang benar-benar baru.
Keempat saham tersebut adalah produsen crude palm oil (CPO) PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT Bintang Oto Global Tbk (BOGA) yang bergerak di bisnis diler kendaraan bermotor, emiten perhotelan PT Nusantara Properti Indonesia Tbk (NATO), dan perusahaan yang bergerak di bisnis keuangan PT Pacific Strategic Financial Tbk (APIC).
Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengatakan, salah satu hal yang menjadi pertimbangan penyusunan anggota MSCI Small Cap Indonesia Index adalah nilai kapitalisasi pasar. Memang, di antara empat saham tersebut, dua saham mencatatkan kenaikan kapitalisasi pasar (market cap) di atas 10% sepanjang tahun ini hingga 30 April 2020.
Baca Juga: Empat saham masuk indeks berkapitalisasi kecil MSCI, berikut kinerjanya
Saham APIC misalnya, membukukan peningkatan kapitalisasi pasar sebesar 11,59%, dari Rp 8,12 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp 9,06 triliun. Begitu juga saham BOGA yang kapitalisasi pasarnya tumbuh 16,54% secara year to date (ytd) , dari Rp 5,06 triliun menjadi Rp 5,9 triliun. "Keduanya membukukan kenaikan kapitalisasi pasar yang cukup besar sehingga dinilai layak masuk dalam indeks tersebut," kata Valdy saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (15/5).
Sebaliknya, market cap saham NATO merosot 50,23% ytd ke Rp 4,32 triliun dan AALI anjlok 58,15% ytd ke Rp 11,74 triliun. Meskipun begitu, Valdy menuturkan bahwa ada pertimbangan lain bagi suatu saham untuk masuk menjadi konsituen indeks tersebut.
Mulai dari seberapa mahal valuasi harga suatu saham (value), emiten tergolong perusahaan dengan kapitalisasi pasar kecil atau tidak (low size), dan momentum harga suatu saham (momentum). Pertimbangan lainnya adalah kualitas neraca saldo perusahaan (quality), imbal hasil suatu saham (yield), dan apakah saham tersebut memiliki volatilitas yang rendah (low volatility).
Baca Juga: UOB: IHSG Bisa Rebound di Kuartal IV, Sejumlah Saham Ini Bisa Dicermati
Apabila melihat dari sektor bisnisnya, maka AALI dan NATO masih berpotensi berada dalam tekanan. Ini tidak terlepas dari pembatasan aktivitas publik akibat pandemi Covid-19 yang mempengaruhi permintaan dan harga jual CPO, serta adanya penurunan aktivitas pariwisata yang berefek pada bisnis perhotelan.
Oleh sebab itu, menurut Valdy, pemulihan kinerja emiten CPO akan terkait dengan pembukaan kembali aktivitas ekonomi di negara-negara yang menerapkan lockdown. "Sementara itu, untuk bisnis perhotelan sepertinya akan kembali pulih karena terbantu dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pascapandemi yang di dalamnya ada stimulus untuk sektor pariwisata," ucap dia.
Baca Juga: Enam saham yang terdepak dari MSCI Global Standard akan tertekan dalam jangka pendek
Di sisi lain, secara teknikal, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menambahkan, frekuensi perdagangan pada APIC dan BOGA lebih menarik daripada NATO dan AALI. "Jadi, kalau perlu direkomendasikan tentunya akan mengarah pada APIC dan BOGA," kata dia.
Pada perdagangan hari ini, frekuensi perdagangan APIC sebanyak 1.801 kali dengan melibatkan Rp 14,84 miliar dan BOGA 2.353 kali yang melibatkan Rp 71,86 miliar. Sementara AALI hanya mencatatkan transaksi 1.381 kali dengan Rp 10,86 miliar dan NATO 1.262 kali yang melibatkan Rp 5,73 miliar.
William memprediksi, harga saham APIC dan BOGA masih akan naik ke depannya. Untuk jangka pendek, ia memasang target harga APIC Rp 1.000 per saham dan BOGA Rp 1.600 per saham.
Sebagai informasi, sepanjang tahun ini hingga Jumat (15/5), harga saham APIC meningkat 27% menjadi Rp 875 per saham dan BOGA tumbuh 8% menjadi Rp 1.435 per saham. Sementara itu, NATO merosot 45% ytd menjadi Rp 595 per saham dan AALI anjlok 57% ytd menjadi Rp 6.200 per saham.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) menarik meski terdepak dari MSCI Global Standard
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News