Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Apabila melihat dari sektor bisnisnya, maka AALI dan NATO masih berpotensi berada dalam tekanan. Ini tidak terlepas dari pembatasan aktivitas publik akibat pandemi Covid-19 yang mempengaruhi permintaan dan harga jual CPO, serta adanya penurunan aktivitas pariwisata yang berefek pada bisnis perhotelan.
Oleh sebab itu, menurut Valdy, pemulihan kinerja emiten CPO akan terkait dengan pembukaan kembali aktivitas ekonomi di negara-negara yang menerapkan lockdown. "Sementara itu, untuk bisnis perhotelan sepertinya akan kembali pulih karena terbantu dengan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pascapandemi yang di dalamnya ada stimulus untuk sektor pariwisata," ucap dia.
Baca Juga: Enam saham yang terdepak dari MSCI Global Standard akan tertekan dalam jangka pendek
Di sisi lain, secara teknikal, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menambahkan, frekuensi perdagangan pada APIC dan BOGA lebih menarik daripada NATO dan AALI. "Jadi, kalau perlu direkomendasikan tentunya akan mengarah pada APIC dan BOGA," kata dia.
Pada perdagangan hari ini, frekuensi perdagangan APIC sebanyak 1.801 kali dengan melibatkan Rp 14,84 miliar dan BOGA 2.353 kali yang melibatkan Rp 71,86 miliar. Sementara AALI hanya mencatatkan transaksi 1.381 kali dengan Rp 10,86 miliar dan NATO 1.262 kali yang melibatkan Rp 5,73 miliar.
William memprediksi, harga saham APIC dan BOGA masih akan naik ke depannya. Untuk jangka pendek, ia memasang target harga APIC Rp 1.000 per saham dan BOGA Rp 1.600 per saham.
Sebagai informasi, sepanjang tahun ini hingga Jumat (15/5), harga saham APIC meningkat 27% menjadi Rp 875 per saham dan BOGA tumbuh 8% menjadi Rp 1.435 per saham. Sementara itu, NATO merosot 45% ytd menjadi Rp 595 per saham dan AALI anjlok 57% ytd menjadi Rp 6.200 per saham.
Baca Juga: Bukit Asam (PTBA) menarik meski terdepak dari MSCI Global Standard
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News