Reporter: Kenia Intan | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hari Pasar Modal Indonesia diperingati setiap tanggal 3 Juni. Di tahun 2022 ini, pasar modal Indonesia memasuki usia 70 tahun. Keberadaannya dihitung sejak 3 Juni 1952 ketika Presiden Republik Indonesia Soekarno membuka kembali Bursa Efek di Jakarta yang ditutup selama Perang Dunia II.
Mengutip situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), perjalanan bursa efek di Indonesia tidak selalu mulus. Beberapa kali Bursa Efek mengalami penutupan sejak pertama dibentuk oleh pemerintah Hindia Belanda pada Desember 1912 di Batavia.
Penutupan Bursa Efek di Batavia sempat terjadi selama Perang Dunia I pada tahun 1914 hingga 1918. Kemudian, pada tahun 1925 hingga 1942, Bursa Efek di Jakarta kembali dibuka bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Sayangnya, karena ada isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup di awal tahun 1939.
Bursa Efek di Jakarta kemudian ditutup lagi selama Perang Dunia II, yakni pada tahun 1942 hingga 1952. Setelah dibuka kembali, terjadi program nasionalisasi perusahaan Belanda di tahun 1956. Kondisi ini membuat Bursa Efek semakin tidak aktif. Hingga akhirnya pada tahun 1956 hingga 1977 perdagangan di bursa efek vakum.
Baca Juga: Tren PHK Karyawan Startup, Bagaimana Bisnis Startup Agar Bisa Bertahan?
Baru pada 10 Agustus 1977. Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Pada saat itu, BEJ dijalankan di bawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Adapun pengaktifan kembali pasar modal ini ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.
Kendati awalnya masih lesu, Bursa Efek di Indonesia secara perlahan menunjukkan adanya perbaikan melalui berbagai insentif dan pengembangan regulasi.
Hingga akhirnya, menurut catatan Kontan.co.id sebelumnya, investor di pasar modal Indonesia menembus 8,6 juta per akhir April 2022. Adapun rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp 15,4 triliun dan rata-rata frekuensi transaksi harian mencapai 1,4 juta kali transaksi.
Sementara itu, per 27 Mei 2022, total emisi obligasi dan sukuk yang tercatat di BEI berjumlah 504 emisi dengan nilai nominal outstanding sebesar Rp 459,72 triliun dan US$ 47,5 juta, diterbitkan oleh 123 emiten.
Surat Berharga Negara (SBN) tercatat di BEI berjumlah 152 seri dengan nilai nominal Rp 4.864,39 triliun dan US$ 205,99 juta. Efek Beragun Aset (EBA) sebanyak 10 emisi senilai Rp 4,39 triliun.
Kepala Riset Reliance Sekuritas Alwin Rusli mencermati, pasar modal di Indonesia selama 5 tahun terakhir memang mengalami perkembangan yang signifikan. Ini ditunjukkan dari market cap yang mengalami pertumbuhan dan tingginya minat masyarakat yang ingin terjun langsung ke dalam dunia investasi.
Rata-rata transaksi bulanan juga terkerek didukung oleh digitalisasi yang mempermudah investor untuk melakukan investasi di pasar modal dari proses pembukaan akun transaksi hingga melakukan investasi.
Kendati menunjukkan perkembangan, Alwin melihat digitalisasi masih menjadi pekerjaan rumah bagi pasar modal Indonesia supaya tidak tertinggal dengan perkembangan teknologi.
"Seperti saat ini masih ada beberapa kendala terkait kecepatan online trading dalam memproses order nasabah. Hal ini memerlukan komunikasi antara anggota bursa dengan BEI, " ujar dia kepada Kontan.co.id, Jumat (6/3). Menurutnya, apabila hal ini diperbaiki, dapat semakin meningkatkan minat investor ritel di Indonesia.
Selain itu, SRO juga perlu melindungi para nasabah dari penyimpangan-penyimpangan praktik investasi yang tidak sesuai. Sebab belakangan ini Alwin mencermati, maraknya penyimpangan praktik investasi membuat iklim pasar modal menjadi kurang mendukung. Dikhawatirkan, para investor yang 'gerah' dengan kondisi ini akan perlahan meninggalkan pasar modal.
Baca Juga: Jumlah Investor Pasar Modal Tembus 8,6 Juta Per April 2022, Lulusan SMA Mendominasi
Disamping itu, program-program yang diadakan bursa seperti Yuk Nabung Saham, perlu terus disosialisasikan dengan baik agar masyarakat dapat memahami dan menikmati hasil positif dari program-program tersebut.
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera Daniel Agustinus menambahkan, BEI perlu mewujudkan aktivitas perdagangan yang transparan, teratur dan wajar, serta meningkatkan jumlah investor dan emiten yang akan melakukan go public.
"Harapan kami dengan makin canggihnya teknologi, iklim investasi di Indonesia dapat menarik para investor asing untuk menanamkan modalnya disini," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (3/6).
Selain itu, perlindungan terhadap investor perlu ditingkatkan, seperti perlindungan ketika emiten delisting dan ketika IPO hanya dijadikan sebagai exit strategi para pemegang saham pengendalinya.
Alwin juga berharap, pasar modal Indonesia dapat menjadi tempat berinvestasi yang aman dan terdepan dari segi infrastruktur dan regulasi. Sehingga, dapat mempermudah semua pihak untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia dan bisa menjadi salah satu pasar modal yang bergengsi di kancah dunia.
Baca Juga: Instrumen Saham Diramal Kinclong pada Tahun Ini, Simak Saran dari Analis Berikut Ini
Sekadar tambahan informasi, mengutip situs resmi BEI, pasar modal merupakan sarana bertemunya perusahaan maupun institusi lain yang membutuhkan dana dari masyarakat untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, dengan masyarakat yang hendak menginvestasikan dana mereka.
Untuk mendapatkan pendanaan, perusahaan atau institusi tersebut menerbitkan saham atau surat utang. Masyarakat pemodal (investor) yang mau mendanai perusahaan maupun institusi tersebut dapat membeli instrumen di pasar modal baik secara langsung, maupun dalam bentuk reksadana. Selain saham, obligasi, dan reksa dana, pasar modal juga memperdagangkan bentuk lain seperti waran, right, dan produk derivatif lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News