Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja instrumen investasi di pasar modal tampak beragam sejak awal tahun. Mengutip data Infovesta Utama per 30 Mei 2022, instrumen saham mencetak return paling tinggi sejak awal tahun atau secara year to date (ytd). Ini tercermin dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang menguat hingga 6,93%.
Selain IHSG, instrumen obligasi korporasi juga menghijau walaupun tidak setinggi saham, return-nya mencapai 1,13% ytd. Akan tetapi, instrumen obligasi pemerintah terlihat melorot hingga 1,15% ytd.
Vice President Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, mengamati, instrumen saham berkinerja lebih baik dibanding instrumen lainnya karena ditopang oleh perbaikan kondisi ekonomi. Pemulihan itu mendorong pertumbuhan kinerja emiten di kuartal I 2022. Sepengamatannya, kurang lebih 80% dari emiten yang sudah melaporkan keuangan di kuartal I 2022 ini mengalami kenaikan kinerja.
Walaupun pergerakan IHSG memerah sepanjang bulan Mei 2022, Wawan memproyeksikan saham-saham masih mampu menguat hingga akhir tahun. Upaya pemerintah lepas dari pandemi menuju endemi menjadi katalis utama yang menopang pergerakannya. Ia memperkirakan IHSG bisa menyentuh level 7.500 di akhir tahun.
Baca Juga: Pasar Saham Dinilai Paling Menarik, Imbas Kenaikan Suku Bunga Perlu Dicermati
Saham-saham yang berpotensi menjadi penopang adalah sektor saham yang diuntungkan dengan adanya pembukaan ekonomi, seperti saham sektor perbankan. Selain itu, saham-saham barang konsumen juga bisa dicermati dengan adanya perayaan momentum Lebaran yang lebih meriah di tahun ini.
Begitu pula dengan saham-saham komoditas yang masih prospektif seiring kinerja emiten batubara dan CPO yang positif. Kendati saham-saham komoditas kapitalisasi pasarnya tidak begitu besar, kenaikan harga yang melesat dapat berpengaruh signifikan ke IHSG.
Menurut Wawan, sentimen suku bunga The Fed yang kemungkinan besar masih akan meningkat sudah tercermin di pergerakan bulan Mei. Menilik kembali pergerakan di bulan lalu, IHSG sempat melorot ke level 6.509 ketika tersiar kabar The Fed menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin atawa 0,5%.
Akan tetapi, keputusan Bank Indonesia (BI) untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5% membuat IHSG kembali menguat hingga menembus level 7.000 di akhir bulan Mei, tepatnya 7.148,970.
Asal tahu saja, keputusan BI untuk menahan suku bunga acuan mempertimbangkan aktivitas ekonomi yang membaik dan cadangan defisit yang cukup tinggi. Sehingga, tidak ada tekanan bagi BI untuk segera menaikkan suku bunga.
Baca Juga: IHSG Berpotensi Lanjutkan Rally Penguatan pada Kamis (2/6)
"BI akan mempertahankan selama mungkin karena itu market mulai percaya diri lagi untuk investasi," jelas Wawan kepada Kontan.co.id, Rabu (1/6).
Sepengamatan Wawan, kenaikan suku bunga The Fed cenderung berdampak pada instrumen obligasi, khususnya obligasi pemerintah yang lebih likuid dibanding obligasi korporasi.