Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Namun, PTBA tetap membukukan penurunan laba bersih sebesar 19,24% menjadi Rp 4,05 triliun.
Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin mengatakan, penurunan laba bersih PTBA tidak lepas dari harga batubara yang mengalami tren penurunan sepanjang 2019.
Penurunan ini seiring dengan pelemahan harga batubara Indeks Newcastle sebesar 28% dari US$ `107,34 per ton menjadi US$ 77.7 per ton.
Baca Juga: Pendapatan turun, Indika Energy (INDY) bukukan kerugian US$ 18,16 juta pada 2019
Pun demikian dengan Indeks Batubara thermal Indonesia (Indonesian Coal index/ICI) yang melemah 17%, dari US$ 60,35 per ton menjadi US$ 50,39 per ton pada 2019.
Hal serupa juga dialami oleh PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID). Emiten kontraktor batubara ini mengempit laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar US$ 20,48 juta, anjlok 72,92% bila dibandingkan dengan capaian laba bersih tahun 2018 yang mencapai US$ 75,64 juta.
Kepada Kontan.co.id, Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis mengatakan, turunnya kinerja DOID pada tahun lalu tidak lepas dari turunnya volume produksi dan harga batubara sepanjang tahun lalu
Hal yang berbeda dialami oleh PT Indika Energy Tbk (INDY). Tahun lalu INDY justru membukukan kerugian bersih senilai US$ 18,16 juta. Padahal tahun lalu, INDY masih mencetak laba bersih senilai US$ 80,06 juta.
Baca Juga: Turun 32%, Toba Bara Sejahtra (TOBA) bukukan laba bersih US$ 26,54 juta di 2019
Analis MNC Sekuritas Catherina Vincentia mengamini, turunnya kinerja emiten tambang batubara tahun lalu dilatarbelakangi pelemahan harga batubara tahun lalu.