Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Harga aluminium kembali melempem. Mengutip Bloomberg Selasa (29/9) pukul 12.29 WIB, harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) terpeleset 0,2% dibandingkan hari sebelumnya menjadi US$ 1.548 per metrik ton. Selama sepekan, harga aluminium sudah merosot sebesar 2,58%.
Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures mengatakan, penurunan harga aluminium di pasar dunia ini sejalan dengan penurunan pergerakan harga komoditas lain. Misalnya harga tembaga yang masih dibayangi buruknya performa sektor industri China.
Pekan lalu, Negeri Tembok Besar itu merilis data manufaktur Caixin Flash Manufacturing PMI per September 2015 yang tercatat 47. Angka tersebut lebih rendah ketimbang bulan lalu di 47,3. Menurut Andri, katalis negatif mewarnai harga aluminium.
"Penutupan satu unit tambang dan pergantian CEO Vedanta tentu membawa sentimen kurang baik bagi harga aluminium," kata Andri.
Produsen aluminium terbesar di India, Vedanta Ltd, baru-baru ini menutup satu unit tambang. Niat produsen aluminium Amerika Serikat (AS), Alcoa Inc yang bakal memisahkan unit bisnis manufaktur dan smelting juga menggerus harga aluminium. Pemisahan unit bisnis ini untuk memfokuskan diri pada unit bisnis manufaktur, yang menghasilkan produk aluminium siap pakai bagi industri otomotif dan dirgantara AS.
Tapi, aksi spin-off ini juga berdasarkan persaingan unit bisnis smelting yang sangat berat dengan China. "Kondisi aluminium setengah jadi hasil smelting dari China yang oversupply, berdampak pada penurunan harga aluminium," ujar Andri.
Ia memprediksi, harga aluminium Rabu (30/9) bakal tertekan, hingga pengumuman data manufaktur China (Manufacturing PMI) September 2015 yang diprediksi di 49,7, serupa dengan pencapaian bulan sebelumnya. Hingga pengujung tahun 2015, Andri menerawang, harga aluminium bakal berbalut tren bearish ke US$ 1.485 per metrik ton.
Argumen dia, membludaknya pasokan aluminium global tidak dibarengi laju permintaan. Ekonomi China dan Eropa, sebagai pengguna komoditas terbesar sedang melambat. Andri menyebut, harga aluminium bergerak di bawah moving average (MA) 50, MA 100 dan MA 200 yang mengindikasikan penurunan. Indikator relative strength index (RSI) juga negatif di level 14.
Prediksi Andri, hari ini harga aluminium bakal bergulir di rentang US$ 1.540-US$ 1.558 per metrik ton dan sepekan ke depan di US$ 1.520-US$ 1.550 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News