kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Yield turun di tengah tingginya penawaran pada lelang SUN


Selasa, 02 Juni 2020 / 18:25 WIB
Yield turun di tengah tingginya penawaran pada lelang SUN
ILUSTRASI. Level yield rata-rata yang dimenangkan pada lelang SUN hari ini turun ketimbang sebelumnya.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah penawaran lelang Surat Utang Negara (SUN) Selasa (2/6) menembus Rp 105 triliun, tren yield ke depan diperkirakan bakal turun. Pasalnya, level yield rata-rata yang dimenangkan pada lelang SUN hari ini turun ketimbang sebelumnya.

Asal tahu saja, FR0082 jadi seri yang mendapatkan total penawaran masuk tertinggi yakni Rp 44,84 triliun. Pemerintah memenangkan Rp 8 triliun SUN seri acuan dengan tenor 10 tahun ini dengan yield rata-rata 7,2%. Pemerintah menyerap SUN ini paling banyak dibandingkan dengan seri-seri lainnya.

Selanjutnya ada seri FR0081 yang mencatatkan penawaran masuk sebanyak Rp 25,15 triliun. Pemerintah memenangkan Rp 7,9 triliun dengan yield rata-rata 6,63%. Seri ini akan jatuh tempo pada 15 Juni 2025 dan sekaligus seri benchmark dengan tenor 5 tahun.

Baca Juga: Rupiah hari ini ditutup ke Rp 14.415 per dolar AS, ini sentimen yang mempengaruhi

Dua seri benchmark tersebut menunjukkan adanya penurunan yield. Pada lelang 12 Mei 2020, seri FR0082 mencatatkan yield rata-rata 8,07%. Sedangkan untuk seri FR0081 berhasil memenangkan yield rata-rata 7,48% di lelang pertengahan Mei lalu. 

Ekonom Pefindo Fikri C Permana menjelaskan, besarnya ekspektasi penurunan yield ditandai dengan makin besarnya nominal kompetitif yang dimenangkan. "Kami pikir, ini menjadi pendorong utama serapan SUN di atas target indikatif pemerintah," ungkap Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (2/6).

Tren yield diperkirakan akan bergerak menurun baik tenor 5 tahun maupun tenor 10 tahun. Namun, Fikri menilai kecenderungan SBN dengan tenor panjang akan relatif memiliki penurunan yang lebih besar.

Baca Juga: Likuiditas membaik, penawaran lelang SUN tembus Rp 105 triliun hari ini

Pada lelang SUN 2 Juni hari ini, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada seri FR0076 yang memiliki tenor paling panjang yakni 28 tahun mencapai 7,93%. Level ini lebih rendah dibandingkan capaian yield pada lelang 12 Mei 2020 yang berada di level 8,3%.

"Ini seiring dengan risiko perekonomian di jangka panjang yang mungkin sedikit lebih baik dibandingkan jangka pendek, mengingat efek pandemi kemungkinan akan menggerus perekonomian setidaknya hingga 2022," tambah Fikri. 

Untuk itu, Fikri memperkirakan ke depan yield dengan tenor 5 tahun akan bergerak menuju 6,4%. Sedangkan untuk yield dengan tenor 10 tahun bakal bergerak menuju level 7%. 

Baca Juga: Lelang SUN hari ini banjir peminat setelah tembus Rp 105,27 triliun

Adapun terkait serapan pemerintah yang mencapai Rp 24,35 triliun atau sedikit di atas target indikatif yakni Rp 20 triliun, dinilai Fikri sebagai bentuk risk sharing pemerintah. Selain itu juga untuk menjaga cashflow pemerintah agar lebih terdiversifikasi antar-tenor. "Gunanya untuk menjaga pembayaran di APBN juga, sekaligus menjaga risiko (kemampuan bayar utang)," ujar dia. 

Fikri memperkirakan defisit APBN di atas 3% terhadap PDB masih akan berlangsung hingga tiga tahun mendatang. Sebagai informasi, pemerintah memperkirakan defisit APBN tahun ini sebesar 6,27% dari PDB, atau melebar dibandingkan perkiraan semula yakni 5,07%. Secara nominal, defisit APBN 2020 bakal melebar menjadi Rp 1.028,5 triliun dari proyeksi sebelumnya yang hanya Rp 852,9 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×