Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membaiknya sentimen eksternal mendorong penurunan yield Surat Utang Negara (SUN) di pasar sekunder.
Mengutip Bloomberg pada Jumat (1/3), yield SUN tenor 10 tahun seri FR0078 berada di level 7,81% atau naik 2 basis point (bps). Akan tetapi, yield SUN tenor 10 tahun tetap turun setidaknya dalam dua pekan terakhir. Artinya, harga SUN menguat.
Lihat saja, pada 15 Februari lalu yield SUN tenor 10 tahun masih bertengger di level 8,01% atau selisih 20 bps dari posisi di akhir pekan kemarin. Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana menyampaikan, tren penurunan yield SUN dipengaruhi oleh sentimen positif dari luar negeri.
Pertama, berkurangnya risiko perang dagang setelah AS dan China terus mengadakan pertemuan secara intens untuk membahas kesepakatan perjanjian dagang. Pertemuan tersebut memang tak sepenuhnya berjalan lancar. Apalagi, Presiden AS Donald Trump beberapa kali sempat memberi pernyataan yang cenderung kontroversial terkait perkembangan negosiasi dagang dengan China
Akan tetapi, para pelaku pasar belum terlalu khawatir terhadap hal tersebut. Ini mengingat perundingan dagang antara AS-China yang berlangsung akhir-akhir ini sudah dianggap sebuah kemajuan sejak kedua negara memutuskan gencatan senjata perang dagang akhir tahun lalu.
Kedua, yield SUN juga turun lantaran sentimen kebijakan kenaikan suku bunga acuan AS semakin mengendur. Hal ini terkonfirmasi dari notulensi FOMC lalu yang mana The Federal Reserves akan lebih berhati-hati dalam menjalankan kebijakan kenaikan suku bunga acuan.
“Di dalam negeri pun Bank Indonesia menyatakan bahwa suku bunga acuan sudah berada di level tertinggi di tengah tingkat inflasi yang rendah,” tambah Fikri, Jumat (1/3) lalu.
Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah menambahkan, positifnya sentimen eksternal juga mampu menjaga nilai tukar rupiah stabil di bawah level Rp 14.200 per dollar AS. Stabilitas rupiah turut mendorong terjadinya penurunan yield SUN belakangan ini.
“Arah yield SUN sangat berkorelasi dengan pergerakan rupiah,” imbuh Rio, akhir pekan lalu.
Lebih lanjut, tren penurunan yield SUN dinilai menjadi angin segar bagi perusahaan-perusahaan yang ingin menerbitkan obligasi dalam waktu dekat. Pasalnya, risiko tingginya cost of fund menjadi berkurang ketika yield SUN dalam tren menurun.
Selain itu, turunnya yield SUN juga bisa dimanfaatkan oleh investor yang sudah ada di pasar untuk mengambil keuntungan dari naiknya harga instrumen tersebut. Hanya saja, aksi ambil untung yang berlebihan bisa justru bisa berujung pada koreksi harga SUN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News