kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Yield SUN di bawah 1 tahun mini, ini instrumen investasi yang lebih menarik


Senin, 31 Mei 2021 / 06:06 WIB
Yield SUN di bawah 1 tahun mini, ini instrumen investasi yang lebih menarik
ILUSTRASI. Instrumen investasi


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor di bawah 1 tahun kini sudah berada di bawah level suku bunga acuan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI). Buktinya, dalam lelang SUN pada Selasa (25/5), pemerintah menetapkan yield rata-rata tertimbang untuk seri SPN yang jatuh tempo pada 27 Mei 2022 sebesar 3,35%. 

Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf mengatakan, salah satu faktor yang membuat yield obligasi di bawah 1 tahun bisa lebih kecil dari suku bunga acuan karena melimpahnya likuiditas. 

Di sisi lain, mulai ada pergeseran minat investor dari surat utang jangka menengah-panjang ke jangka menengah-pendek.

“Ini dapat diartikan bahwa pelaku pasar tidak terlalu bullish dengan kondisi saat ini. Perpindahan minat ke seri jangka pendek mengindikasikan bahwa pasar juga tengah volatil,” jelas dia kepada Kontan.co.id, Jumat (28/7).

Dimas menilai, kondisi ini sebenarnya tidaklah wajar karena yield SPN bisa sampai di bawah suku bunga acuan. Walau begitu, hal ini akan kembali normal dengan sendirinya seiring mekanisme pasar. 
Maksudnya, yield SUN tenor di bawah 1 tahun akan kembali naik, ketika ada koreksi di seri panjang, yang pada akhirnya akan membuat investor kembali melirik seri tenor jangka panjang.

Baca Juga: Pemerintah akan lelang 6 seri SBSN dengan target Rp 10 triliun pada Rabu (2/6)  

Walaupun yield SUN di bawah 1 tahun jauh lebih kecil dibanding suku bunga acuan, Dimas menyebut, SUN di bawah 1 tahun masih lebih menarik dibanding deposito. Pasalnya, imbal hasil deposito setidaknya mirip dengan yield SUN di bawah 1 tahun atau malah lebih rendah. 

Namun, SUN di bawah 1 tahun jauh lebih menarik karena lebih likuid lantaran bisa dijual kapan saja. Tidak seperti deposito yang terikat pada durasi waktu tertentu.

“Tapi, jika dibandingkan dengan reksadana pasar uang, obligasi korporasi, maupun SUN dengan durasi lebih lama semisal 5 dan 7 tahun, ya jauh lebih menarik dibanding SUN di bawah 1 tahun. Jadi investor bisa mempertimbangkan instrumen tersebut,” tegas Dimas.

Menurut dia, reksadana pasar uang lebih menarik karena kinerja beberapa produk bisa mengalahkan benchmark-nya, serta jauh lebih likuid dibanding deposito. 

Sementara obligasi korporasi dengan tenor 1 tahun juga bisa jadi pilihan yang menarik bagi investor. Apalagi untuk obligasi korporasi dengan rating AAA bisa menawarkan imbal hasil lebih tinggi yakni di kisaran 4%-5%.

Hanya saja, Dimas mengingatkan investor untuk lebih selektif dan berhati-hati dalam memilih obligasi korporasi. 

Ke depan, Dimas meyakini yield SUN di bawah 1 tahun dengan sendirinya akan mengalami kenaikan sering dengan mekanisme pasar yang sudah tadi ia sebutkan. Lagipula, dalam beberapa waktu terakhir, ia melihat pelaku pasar memang sering melakukan switching dari tenor panjang ke pendek, maupun sebaliknya.

Selanjutnya: Segera jatuh tempo, Pefindo sematkan peringkat idAAA untuk obligasi SMF

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×