Reporter: Patricius Dewo | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SURAKARTA. Pemerintah telah menerbitkan Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing berdenominasi Yen Jepang (Samurai Bonds) sebesar ¥ 100 miliar, pada Kamis (24/5). Nilai ini sama dengan penerbitan samurai bonds tahun lalu.
Adapun SUN tersebut terdiri dari empat seri, yaitu RlJPY0521, RlJPY0523, RlJPY0525, dan RlJPY0528 dengan nilai masing-masing ¥ 49 miliar, ¥ 39 miliar, ¥ 3,5 miliar, dan ¥ 8,5 miliar.
Masing-masing seri tersebut memiliki tingkat kupon 0,67%, 0,92%, 1,07%, dan 1,27% dan memiliki tanggal jatuh tempo masing-masing pada 31 Mei 2021, 31 Mei 2023, 30 Mei 2025, dan 31 Mei 2028.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menjelaskan imbal hasil (yield) penerbitan Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing berdominasi yen Jepang (Samurai Bonds) hanya mengalami sedikit kenaikan saja dibanding dengan tahun lalu yang sebesar ¥ 100 miliar, namun secara spesifik tidak disebutkan berapa kenaikannya.
Ia menambahkan kenaikan imbal hasil ini lantaran yield obligasi Samurai Bond tersebut juga mempunyai acuan dari US Treasury yang kini juga merangkak naik. Hanya saja besar kenaikan yield dari setiap obligasi tersebut berbeda-beda.
Jadi menurutnya dengan naiknya kupon SBN tersebut otomatis kupon SBN lain nya juga akan ikut meningkat.
"Sama saja seperti tahun lalu cuma ada perbedaan tapi tidak banyak. Jadi kan sekarang semua yang namanya obligasi dunia itu salah satu acuannya adalah US Treasury
jadi Bond itu juga dari US Treasury. Nah, US Treasury itu naiknya udah cukup besar udah bisa 70 basis poin, itu otomatis pasti obligasi negara manapun akan naik.
tapi sekarang besarannya beda-beda," Ungkapnya kepada Kontan.co.id Sabtu (26/5).
Luky menambahkan kenaikan SUN dalam valuta asing berdominasi Yen Jepang (Samurai Bonds) tersebut tidak akan berpengaruh secara signifikan kepada anggaran negara, karena hal tersebut juga bisa diantisipasi dengan melihat kondisi market seperti apa. "Kalau ke anggaran semua aman, yang penting ada dua target penerbitannya karena memang tadi tergantung rate-nya, kita juga lihat kondisi market seperti apa. Kalau internasional itu kan sangat berpengaruh," ujar Luky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News