CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.880   0,00   0,00%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Yield rendah dan likuiditas domestik yang naik dukung hasil lelang sukuk hari ini


Selasa, 27 Juli 2021 / 19:53 WIB
Yield rendah dan likuiditas domestik yang naik dukung hasil lelang sukuk hari ini
ILUSTRASI. Jumlah penawaran lelang sukuk kali ini capai Rp 56,69 triliun


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan yield obligasi secara global serta likuiditas yang tinggi membuat minat investor pada lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atawa sukuk, yang digelar hari ini meningkat. Investor pun cenderung memburu seri tenor pendek hingga menengah. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan (DJPPR), total penawaran yang masuk di lelang sukuk kali ini mencapai Rp 56,69 triliun. Jumlah ini lebih besar dari penawaran yang masuk di lelang sukuk dua pekan lalu yang sebesar Rp 51,11 triliun. 

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan minat investor di lelang sukuk meningkat karena kepercayaan investor asing mulai kembali setelah yield US Treasury bergerak cenderung turun di sekitar level 1,26%.  

Selain itu, dia mengamati likuiditas pasar domestik, terutama perbankan juga turut mendukung penambahan minat di pasar obligasi.

"Bank cukup nyaman masuk di SBSN di tengah dana kelolaan mereka harus menghasilkan return yang lebih tinggi, pasar obligasi jadi pilihannya," kata dia, Selasa (27/7).

Baca Juga: Semakin ramai, hasil lelang SBSN capai Rp 56 triliun hari ini

Dalam lelang sukuk kali ini, ada enam seri yang ditawarkan pemerintah. Seri yang paling banyak menerima penawaran yang masuk adalah PBS031 yang mencapai Rp 14,18 triliun. Seri yang jatuh tempo di 15 Juli 2024 ini memiliki yield rerata tertimbang 4,57%. Seri ini juga yang paling banyak diserap pemerintah dengan nilai Rp 5 triliun.  

Sementara seri yang paling rendah peminatnya adalah PBS030, yang jumlah penawarannya hanya Rp 5,32 triliun. Seri ini memiliki yield rerata tertimbang sebesar 5,94% dan jatuh tempo pada 15 Juli 2028. Namun, pemerintah cukup banyak menyerap dari seri ini, yaitu Rp 2,65 triliun. 

Sedangkan, seri PBS029 menjadi yang paling sedikit penyerapannya, dengan hanya Rp 150 miliar. Seri yang jatuh tempo pada 15 Maret 2034 dan memiliki yield rerata tertimbang tertinggi di 6,5%. 

Ramdhan mengamati investor cenderung masuk ke seri dengan tenor pendek hingga menengah karena investor masih mengantisipasi volatilitas harga di tenor yang lebih pendek. 

Walau jumlah penawaran yang masuk cukup tinggi, ternyata pemerintah memilih untuk tidak menyerap penawaran yang terdapat pada sukuk seri PBS028 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2046. Padahal, seri ini menerima penawaran masuk sebesar Rp 8,4 triliun. 

Ramdhan bilang, pemerintah tidak memenangkan seri PBS028 karena yield yang diminta pelaku pasar lebih tinggi dari yield di pasar sekunder maupun yang pemerintah tentukan. 

"Pemerintah berani tidak memenangkan satu seri itu juga menandakan pemerintah masih memiliki daya tawar yang baik dan merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk mengelola utang," kata Ramdhan. 

Pemerintah  menyerap lebih banyak di lelang kali ini, yaitu Rp 13,15 triliun. Sementara, pemerintah menyerap Rp 12,5 triliun di lelang SBSN dua pekan lalu. 

Baca Juga: Sentimen eksternal bakal pengaruhi pergerakan rupiah pada Rabu (28/7)

Ramhdan memproyeksikan, minat pada lelang sukuk selanjutnya berpotensi tetap ramai, meski tidak diproyeksikan untuk terus naik dari minggu ke minggu. Menurut dia, sudah baik bila penawaran yang masuk bisa bertahan di sekitar Rp 50 triliun. 

"Sejauh ini meski ada tantangan jika The Fed melakukan tapering tetapi dengan tawaran yield obligasi pemerintah yang tinggi, pasar obligasi kita masih tetap jadi incaran investor asing," kata Ramdhan.

Apalagi hingga akhir tahun ini, Ramdhan memproyeksikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih akan tetap rendah sehingga pasar obligasi semakin menarik. 

Selanjutnya: Begini strategi jangka panjang Adaro Energy (ADRO) hadapi volatilitas sektor batubara

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×