kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Yield naik, investor cenderung menahan diri masuk lelang sukuk negara


Selasa, 12 Januari 2021 / 20:14 WIB
Yield naik, investor cenderung menahan diri masuk lelang sukuk negara
ILUSTRASI. Investor domestik yang biasanya memburu SBSN cenderung menahan diri karena risiko ketidakpastian ekonomi meningkat.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor pada lelang perdana Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atawa sukuk negara di awal tahun ini tidak seramai lelang tahun lalu. Investor cenderung menahan diri di tengah kondisi ekonomi yang masih tidak pasti akibat pandemi Covid-19 yang terus meluas. 

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, lelang SBSN, Selasa (12/1), menerima penawaran masuk sebesar Rp 24,27 triliun. Jumlah tersebut lebih rendah dari penerimaan yang masuk di lelang SBSN akhir tahun lalu yang mencapai Rp 27,76 triliun. 

Sementara, pemerintah menyerap lebih banyak di lelang perdana ini, yaitu Rp 11,3 triliun. Sebagai perbandingan pada lelang akhir tahun lalu, pemerintah menyerap sebesar Rp 6,14 triliun. 

Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan, investor domestik yang biasanya memburu SBSN saat ini cenderung menahan diri karena risiko ketidakpastian ekonomi meningkat. Hal ini juga tergambar dari pergerakan yield yang meningkat. Tercatat, Selasa (12/1), yield Surat Utang Negara (SUN) acuan tenor 10 tahun naik ke 6,19%. Padahal di sepekan sebelumnya, yield berada di 5,91%. 

Baca Juga: Penawaran masuk pada lelang SBSN perdana di 2021 mencapai Rp 24,27 triliun

Fikri menambahkan, ketidakpastian kondisi pasar keuangan dipengaruhi oleh ketidakpastian kapan jumlah penyebaran kasus korona menurun. Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Jawa-Bali dan distribusi vaksin yang bertahap menjadi pertimbangan investor untuk masuk ke pasar SBSN. 

Meski begitu, Fikri tetap mengapresiasi hasil lelang kali ini karena investor lebih banyak memburu seri tenor panjang. Artinya, pelaku pasar sedang bersikap oportunis dengan memilih seri yang memberikan yield tinggi.  

Dari enam seri yang ditawarkan, seri tenor panjang, seperti  PBS028 yang jatuh tempo di 15 Oktober 2046 menerima penawaran terbanyak, yaitu Rp 7,06 triliun. Sementara, penawaran terbanyak kedua sebanyak Rp 6,27 triliun di terima seri PBS029 yang jatuh tempo di 15 Maret 2034. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 6,6%. 

Setelah itu, seri PSB027 yang jatuh tempo pada 15 Mei 2023 menerima penawaran masuk sebesar Rp 4,22 triliun. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan seri ini sebesar 4,64%. 

Baca Juga: Minat investor pada SBN ritel di tahun 2021 ini diperkirakan tetap tinggi

Selanjutnya, seri PBS004 yang jatuh tempo pada 15 Februari 2037 menerima penawaran masuk sebesar Rp 2,87 triliun. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan seri ini sebesar 6,7%

Tidak berbeda jauh, seri PBS017 yang jatuh tempo pada 15 Oktober 2025 menerima penawaran masuk sebesar Rp 2,17 triliun. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan pada seri ini sebesar 5,38% 

Terakhir, seri SPNS13072021 yang jatuh tempo pada 13 Juli 2021 menerima penawaran masuk sebesar 1,65 triliun. Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan sebesar 3,07%. 

Fikri mengatakan keberhasilan distribusi vaksin menjadi penentu keberhasilan lelang surat utang negara selanjutnya. Bagaimana pun jika pandemi mereda maka risiko fiskal yang Indonesia alami juga akan berkurang. Dengan begitu, harga obligasi pemerintah akan membaik dan semakin menarik investor. 

Fikri menilai saat ini pemerintah memang melakukan front loading atawa menyerap lebih cepat dan banyak di awal. Penyebabnya, pemerintah saat ini juga membutuhkan pembiayaan dengan cepat untuk menangani pandemi. 

Baca Juga: Tak hanya untungkan SBN, penerbitan global bond juga akan untungkan rupiah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×