kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.940.000   8.000   0,41%
  • USD/IDR 16.442   107,00   0,66%
  • IDX 7.936   30,42   0,38%
  • KOMPAS100 1.106   -3,16   -0,28%
  • LQ45 813   -4,14   -0,51%
  • ISSI 266   0,45   0,17%
  • IDX30 421   -2,53   -0,60%
  • IDXHIDIV20 488   -3,70   -0,75%
  • IDX80 123   -0,68   -0,55%
  • IDXV30 131   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 136   -1,35   -0,98%

XLSmart Rugi Rp 1,22 Triliun pada Semester I-2025, Begini Rekomendasi Sahamnya


Kamis, 28 Agustus 2025 / 06:00 WIB
XLSmart Rugi Rp 1,22 Triliun pada Semester I-2025, Begini Rekomendasi Sahamnya
ILUSTRASI. PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) resmi mengangkat pengangkatan Sanjay K. G. A. Vaghasia (kanan) sebagai Direktur, dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Selasa (12/8/2025). XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) melaporkan kerugian yang signifikan selama semester I 2025. Cek rekomendasi sahamnya.


Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada rilis perdana pasca merger, PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL) melaporkan kerugian yang signifikan selama semester I 2025. 

Sebagai informasi, PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Smart Telecom (ST) resmi menggabungkan diri menjadi PT XLSmart Telecom Sejahtera pada 21 Maret 2025 lalu.

Namun, residu dari upaya ini tampaknya berpengaruh pada performa keuangan EXCL pada semester I 2025. Tercatat, EXCL membukukan rugi bersih periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp 1,22 triliun. Di semester sebelumnya, EXCL masih mengantongi laba bersih senilai Rp 1,02 triliun. 

Baca Juga: Kementerian ESDM Beri Sinyal Tak Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga Freeport

Hal ini disebabkan oleh beban yang naik signifikan mencapai 31,67% secara tahunan (year on year/YoY) dari Rp 14,10 triliun menjadi Rp 18,56 triliun.

Meski begitu, EXCL masih mampu membukukan kenaikan pendapatan mencapai 11,98% YoY, yakni dari Rp 17,05 triliun di semester I 2024 menjadi Rp 19,09 triliun.

Hal ini berkat kenaikan pendapatan dari segmen jasa GSM dan jaringan telekomunikasi dari Rp 16,69 triliun menjadi Rp 18,83 triliun. Sementara itu, pendapatan dari segmen managed services dan jasa teknologi informasi berkontribusi Rp 255,75 miliar, turun tipis dari posisi per Juni 2024 yakni Rp 357,72 miliar. 

Adapun, EBITDA perseroan di semester I tercatat Rp 8,80 triliun, menurun dari setahun sebelumnya Rp 8,95 triliun. Di sisi lain, EBITDA yang sudah dinormalisasikan tampak meningkat dari Rp 8,95 triliun menjadi Rp 9,29 triliun.

Presiden Direktur sekaligus CEO EXCL, Rajeev Sethi mengatakan, pihaknya masih menghadapi tantangan seperti persaingan yang ketat dan pembenahan operasional pasca merger.

Hal ini kemudian berimbas pada kenaikan beban operasional EXCL di semester I, seperti beban biaya interkoneksi dan pengeluaran langsung lainnya yang melonjak 33,78% YoY ke Rp 5,36 triliun, serta beban infrastruktur yang naik 21,91% YoY menjadi Rp 2,12 triliun.  

“Secara keseluruhan, beban biaya operasional di kuartal kedua ini mengalami peningkatan sejalan dengan munculnya biaya-biaya yang terkait langsung dengan merger menjadi entitas baru, ” jelas Rajeev dalam keterangan resminya, Rabu (27/8/2025).

Meski merugi, taktik untuk melakukan personalisasi penawaran dan layanan yang dilakukan EXCL di semester I, klaim Rajeev, mampu mendongkrak kenaikan pendapatan.

Ke depan, EXCL kata Rajeev akan terus berupaya meningkatkan kinerja dan pengalaman pelanggan. Hal ini sudah mulai dilakukan, misalnya dengan ekspansi jaringan ke 156 kota/area baru, monetisasi pengalaman pelanggan, dan penyatuan budaya antara dua entitas lama. 

Untuk mendukungnya, hingga semester I 2025, EXCL telah menyerap belanja modal atau capital expenditure (capex) sekitar Rp 2,3 triliun dari yang dianggarkan senilai Rp 20-25 triliun tahun ini.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta mengatakan, wajar saja bila terjadi penurunan kinerja EXCL di semester I. Sebab, hal ini dipengaruhi oleh kinerja Smartfren Telecom sebelumnya. 

“Jadi memang untuk ke depannya EXCL harus benar-benar konsisten dalam menerapkan efisiensi bisnis,” imbuh Nafan. 

Selain itu, Nafan menambahkan, EXCL juga perlu menerapkan prinsip good corporate governance dengan disiplin.

Rekomendasi Saham

Analis OCBC Sekuritas, Gani juga sepakat, residu selepas merger yang dilakukan EXCL berpengaruh pada penurunan kinerja tersebut. Meski begitu, dia menaksir hasil positif dari sinergi ini baru akan terasa mulai tahun 2026. 

Oleh karena itu, dia masih merekomendasikan saham EXCL secara jangka panjang. “Masih direkomendasikan dengan premis EXCL akan terus menjadi lebih baik di tahun 2026 setelah merger,” jelasnya.

Senada, Nafan pun masih melihat ada harapan terhadap saham EXCL ke depan. Memang, hari ini saham EXCL ditutup ambles 6,76% ke level Rp 2.760 per saham. Tapi menurut dia, ini lebih disebabkan oleh panic selling investor pasca rilis kinerja tersebut. 

Tapi kalau dilihat dalam sebulan terakhir, saham EXCL masih menghijau 8,24% dan 22,67% sejak awal tahun. “Walaupun masih dalam extreme bearish phase, tapi setidaknya untuk posisi low itu masih belum terbentuk secara sempurna kalau dilihat dari sisi teknikal,” jelas Nafan.

Lebih rinci Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan, pergerakan teknikal saham EXCL tengah tertekan dan muncul adanya volume penjualan. Koreksinya pun telah menembus garis MA20. Indikator MACD dan Stochastic juga kata dia sudah deathcross dan diperkirakan masih akan melanjutkan koreksinya. 

Dengan begitu, baik Herditya maupun Nafan menyarankan investor untuk wait and see saham EXCL untuk sementara ini. Level support dari Herditya yakni Rp 2.640 sedangkan resistance Rp 2.780.

Baca Juga: Rio Tinto Angkat Bos Baru Divisi Bijih Besi, Restrukturisasi Jadi 3 Unit Bisnis Utama

Selanjutnya: Kuncuran Kredit Perbankan ke Sektor Batubara Tetap Membara

Menarik Dibaca: IHSG Masih Berpotensi Menguat, Ini Rekomendasi Saham MNC Sekuritas (28/8)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004

[X]
×