Reporter: Nur Qolbi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menguat selama delapan hari perdagangan berturut-turut, mulai Senin (5/10) hingga Rabu (14/10). Akumulasi kenaikannya mencapai 4,87% sehingga membawa IHSG ke level 5.176,1 dari posisi 4.926,73.
Kemarin, investor asing juga mencatatkan aksi beli di seluruh pasar meski nilainya masih kecil, yakni Rp 39,53 miliar. Konon, hal tersebut menjadi sinyal window dressing yang biasa terjadi menjelang akhir tahun.
Seperti diketahui, window dressing adalah manuver yang sering kali dilakukan oleh perusahaan terbuka ataupun perusahaan pengelola keuangan untuk mempercantik kinerjanya sebelum menyerahkan laporan ke klien atau pemegang saham. Biasanya, fund manager menjual saham dengan kinerja buruk dan membeli saham yang memperlihatkan kinerja baik menjelang akhir tahun.
Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo menilai, kenaikan IHSG yang terjadi belakangan ini bukan didorong adanya aksi window dressing. Menurut dia, pergerakan IHSG dipengaruhi oleh banyaknya sentimen positif yang muncul akhir-akhir ini.
Baca Juga: IHSG sempat menguat 8 hari berturut, analis nilai aksi window dressing belum terjadi
Terlebih lagi, IHSG pada September 2020 lalu tertekan cukup dalam hingga sempat mencapai level 4.754,8 sehingga wajar jika IHSG rebound. "Dari eksternal, sentimen positif berasal dari adanya rencana stimulus tambahan Amerika Serikat meski masih dalam perdebatan di parlemen serta proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang membaik dari proyeksi sebelumnya," kata Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (15/10).
Sementara itu, dari dalam negeri, sentimen positif berasal dari pengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja dan rilis sejumlah data ekonomi kuartal III-2020 yang memperlihatkan perbaikan. Sebut saja, Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) pada kuartal III-2020 yang tercatat sebesar 44,91%, naik dari 28,55% pada triwulan kedua 2020.
Di saat yang sama, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan dunia usaha membaik tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pada triwulan ketiga 2020 sebesar -5,97%. Angka ini lebih baik dari SBT pada triwulan kedua 2020 yang sebesar -35,75%.
Sentimen positif lainnya juga berasal dari realisasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diprediksi akan lebih tinggi di kuartal IV-2020. "Rencana penggabungan bank BUMN syariah serta pembentukan konsorsium untuk membangun industri baterai berbahan baku nikel," kata Wisnu.
Wisnu memperkirakan, window dressing baru akan terjadi pada akhir tahun, yakni pada bulan Desember 2020. Ia sendiri memprediksi IHSG akhir tahun bisa di level 5.200-5.300.
Ia menyarankan investor untuk mencermati sejumlah saham yang menurut pantauannya selalu menjadi pilihan para investor untuk mempercantik portofolionya dalam lima tahun terakhir.
Saham-saham tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Pada perdagangan, Kamis (15/10), harga BBRI bergerak -1,49% menjadi Rp 3.310 per saham, BBNI -3,43% ke Rp 4.780, GGRM -1,30% menjadi Rp 43.500, dan TLKM -1,07% ke Rp 2.780 per saham.
Selanjutnya: IHSG turun 1,37%, analis prediksi pelemahan berlanjut besok, Jumat (16/10)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News