Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Wijaya Karya Beton dipastikan akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir Maret mendatang. Siang tadi, (16/1), Wijaya Karya Beton melakukan mini expose ke pengawas pasar modal tersebut.
Direktur Keuangan Wijaya Karya BetonĀ Entus Asnawi M menyebutkan, pihaknya menggunakan buku September 2013 untuk pelaksanaan IPO tersebut. Lalu setelah menjalankan proses di BEI, Wijaya Karya Beton akan mendatangi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Entus bilang, pihaknya akan melepas saham lebih dari 20%. Sebelumnya disebut bahwa, Wijaya Karya Beton berencana melepas 27,5% saham terhadap total modal disetor dan ditempatkan. Kemudian, anak usaha dari PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) ini mengincar dana segar sekitar Rp 1,5 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Hoesen, mengatakan bahwa, Wijaya Karya Beton akan memanfaatkan dana untuk ekspansi dan modal kerja. Hanya saja, pihak Wijaya Karya Beton tak menjelaskan rencana penggunaan dana tersebut secara rinci.
BEI pun meminta calon emiten tersebut untuk memberi kelengkapan dan memaparkan di pertemuan mendatang. Untuk perhelatan ini, Wijaya Karya Beton telah menunjuk 4 penjamin emisi. Ini antara lain Mandiri Sekuritas, Danareksa Sekuritas, Bahana Securities, dan Sucorinvest Central Gani.
Pada posisi September 2013, aset Wijaya Karya Beton tercatat Rp 2,4 triliun. Liabilitasnya terlihat cukup besar di angka Rp 1,71 triliun. Padahal, ekuitasnya cuma Rp 720,95 miliar. Ini membuat rasio utang terhadap modal atau Debt to Equity Ratio (DER) Wijaya Karya Beton tercatat 2,3 kali.
Analis Phintraco Securities Setiawan Efendi menyebut, saham Wika Beton ini nantinya dapat menjadi salah satu saham yang layak dikoleksi. Pasalnya, induk usaha perusahaan tersebut merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Ia pun meyakini IPO Wika Beton ini dapat terserap oleh pasar dengan baik.
Jika ingin terserap dengan baik, Setiawan melihat bahwa Wika Beton perlu menawarkan harga saham sekitar Rp 500 sampai Rp 1.000 per lembar. "Kalau di atas Rp 1.000 akan sulit dengan kondisi pasar seperti ini," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News