Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat melorot di bawah level 4.000 sepanjang tahun 2020. Tepatnya, tertekan hingga level terendah di 3.937,63 pada 23 Maret 2020.
CEO Sucor Sekuritas Bernadus Wijaya mengatakan, penurunan tersebut menjadikan IHSG berada di level paling murah semenjak krisis tahun 2008. Akan tetapi, IHSG kembali menguat hingga berada level 5.652,76 pada Senin (23/11), naik 41,69% dari level terendah tahun ini.
Bernadus mengamati, saat IHSG menyentuh level terendahnya, investor ritel yang memiliki dana idle mengalami kesulitan untuk memutar dananya di bisnis riil karena penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Sehingga banyak investor mengalihkan dananya ke pasar modal, termasuk ke bursa saham karena tergolong murah.
Di sisi lain, sepengamatan Bernadus, banyaknya stock influencer yang bermunculan sejak pandemi mendorong peningkatan literasi keuangan di masyarakat. Sehingga tidak mengherankan, sejak bulan April hingga Oktober 2020 trading value mayoritas didominasi oleh investor ritel.
Baca Juga: Wall Street menguat di tengah harapan distribusi vaksin corona
Sementara itu, inflow investor asing ke pasar modal yang meningkat dipicu batalnya proses IPO Ant Financial. "Yang awalnya mereka ingin masuk ke Ant Financial sebagai perusahaan finansial terbesar di Asia, akhirnya kembali ke Indonesia di mana sekitar 30% weighing-nya ada di sektor perbankan," kata Bernadus kepada Kontan.co.id, Senin (23/11).
Bahkan, dana ini mencapai Rp 10 triliun di awal bulan. Adapun Omnibus Law yang meningkatkan iklim investasi Indonesia menjadi faktor lainnya.
Sementara itu, pelaku pasar mulai optimistis dampak terburuk dari pandemi sudah terlewati. Optimisme didorong oleh produk domestik bruto (PDB) meningkat hingga 5,05% secara kuartalan. Gubernur BI pun menyatakan PDB berpeluang beranjak ke angka positif di kuartal keempat ini.
Bernadus memperkirakan IHSG akan menguji level resistance 5.700 dalam waktu dekat. Akan tetapi, di level ini rawan terjadi profit taking mengingat angka kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat. "Untuk akhir tahun diprediksikan IHSG akan berakhir di kisaran angka 5.600. Ada potensi koreksi terutama di sektor perbankan," kata dia.
Baca Juga: Batubara menyentuh harga tertinggi 2020, begini prospek selanjutnya
Walau begitu, dia tetap tidak menutup kemungkinan adanya peluang kenaikan. Hal itu bisa terjadi apabila vaksin sudah mulai didistribusikan serta penambahan jumlah kasus Covid-19 di Indonesia dan global menurun.
Di tengah kondisi seperti saat ini, Bernadus merekomendasikan investor untuk memperhatikan level 5.700 yang rawan adanya profit taking, terutama di sektor perbankan. Pekan ini, lanjutnya, investor dapat mulai beralih ke sektor yang lebih defensif seperti ICBP dan INDF.
Kedua saham emiten itu belum mengalami kenaikan signifikan dan belum merilis laporan kuartal ketiga 2020. Diprediksi, hasilnya akan lebih baik karena ada peningkatan ekonomi berkaca dari bertumbuhnya PDB sebesar 5,05% secara kuartalan.
Sementara itu, investor bisa juga memperhatikan sektor-sektor pertambangan batubara mengingat musim dingin sudah dimulai di China. Asal tahu saja, permintaan batubara asal China merupakan yang terbesar di dunia. Apalagi China tengah menghentikan sementara pembelian batubara dari Australia.
Baca Juga: IHSG ditutup menguat terdorong optimisme pemulihan ekonomi
Oleh karena itu, hingga akhir tahun permintaan batubara Indonesia akan meningkat dan harga batubara akan membaik. "Saya melihat salah satu emiten yang berpeluang adalah UNTR yang masih laggard dibanding emiten batubara lainnya, dengan resisten di Rp 24.500 dan target dari Sucor Rp 26.600," imbuh dia.
Selain itu, investor juga bisa mengamati pergerakan saham MNCN. Emiten media itu yang masih memiliki potensi upside dan masih yang diperdagangkan di kisaran PE 6 kali hingga 7 kali. Asal tahu saja, kompetitornya, SCMA, diperdagangkan di PE 18 kali.
MNCN juga belum merilis laporan keuangan kuartal ketiga 2020. Diperkirakan MNCN bakal meraup laba kurs di kuartal ketiga dan kuartal keempat, mengingat kondisi rupiah yang membaik terhadap dolar Amerika Serikat di dua kuartal ini.
Selain itu, belanja iklan diproyeksikan akan meningkat seiring bertumbuhnya daya beli masyarakat. Apalagi, MNCN menguasai top lima program yang ada di pertelevisian nasional. MNCN ditargetkan masih ada upside hingga Rp 1.100.
Baca Juga: Pelaku pasar khawatir peningkatan kasus covid-19 di AS, rupiah menguat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News