kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelaku pasar khawatir peningkatan kasus covid-19 di AS, rupiah menguat


Senin, 23 November 2020 / 18:02 WIB
Pelaku pasar khawatir peningkatan kasus covid-19 di AS, rupiah menguat
ILUSTRASI. Senin (23/11), nilai tukar rupiah menguat 0,11% ke Rp 14.149 per dolar AS.


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran kasus covid-19 di Amerika Serikat (AS) lebih tinggi daripada kawasan Asia. Risk appetite muncul untuk mata uang emerging markets termasuk rupiah dan dapat melanjutkan penguatan. 

Mengutip Bloomberg, Senin (23/11), rupiah menguat 0,11% ke Rp 14.149 per dolar AS. Kompak, kurs tengah Bank Indonesia mencatat rupiah menguat 0,45% ke Rp 14.164 per dolar AS. 

Ekonom Bank Mandiri Reni Eka Puteri memproyeksikan, kurs rupiah berpotensi melanjutkan penguatan meski terbatas di perdagangan Selasa (24/11). Rupiah berpotensi menguat karena indeks dolar masih dalam tren melemah akibat kekhawatiran peningkatan jumlah kasus covid-19 di AS dan Eropa. 

"Peningkatakan kasus covid-19 di AS dan Eropa lebih banyak dibanding kasus di kawasan Asia, investor jadi beralih ke emerging markets, rupiah masih bisa menguat," kata Reny, Senin (23/11). 

Baca Juga: IHSG melonjak ke 5.652,76 pada Senin (23/11), net buy asing Rp 331 miliar

Senada, Analis Asia Valbury Futures Lukman Leong mengatakan risk appetite kembali muncul karena muncul harapan berlanjutnya negosiasi penggelontoran stimulus AS. Hal ini membuat dolar AS masih dalam tren melemah bahkan untuk sepekan ke depan. 

Sementara itu, penurunan suku bunga Bank Indonesia menjadi 3,75% memang bisa membuat nilai tukar rupiah tertekan. Tetapi Lukman memandang bahwa pelaku pasar telah meramalkan penurunan suku bunga tersebut. Alhasil rupiah berpotensi kembali menguat. 

Baca Juga: Kurs rupiah menguat 0,11% ke Rp 14.149 per dolar AS pada Senin (23/11)

Selain itu, Reny mengatakan penguatan rupiah juga didukung dari capital inflow yang terus masuk ke pasar saham dan obligasi. Penguatan rupiah juga didukung fundamental ekonomi dalam negeri seperti data cadangan devisa, inflasi, dan defisit transaksi berjalan kuartal ketiga 2020 yang dirilis lebih baik dari kuartal sebelumnya. Reny melihat BI menjaga rupiah untuk tidak menguat terlalu signifikan di bawah Rp 14.000 per dolar AS dalam rangka menjaga daya saing ekspor. 

Reny memproyeksikan rupiah besok berada di rentang Rp 14.100 per dolar AS hingga Rp 14.200 per dolar AS. Sementara, Lukman memproyeksikan rupiah berada di rentang Rp 14.000 per dolar AS hingga Rp 14.200 per dolar AS. 

Baca Juga: Akibat penghindaran pajak, Indonesia diperkirakan rugi Rp 68,7 triliun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×